Literatur Review 20 Jurnal
GENRE FOTOGRAFI YANG
DIMINATI OLEH FOTOGRAFER DI INDONESIA
Agnes Paulina Gunawan
HUMANIORA Vol.5 No.2
Oktober 2014: 1234-1245
Fotografi merupakan salah satu seni yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Dalam beberapa
dekade terakhir, telah terjadi banyak perubahan dalam dunia fotografi, baik
dari sisi teknik, konsep maupun media presentasinya. Perkembangan ini juga
turut berdampak pada munculnya berbagai aliran atau genre baru dalam seni
fotografi.
Objek dan waktu pemotretan menjadi dua aspek penting yang
turut menentukan aliran atau genre suatu karya fotografi. Berdasarkan dua aspek
tersebut, karya fotografi dapat dikelompokkan ke dalam genre potret,
dokumentasi, jurnalistik, alam, dan sebagainya. Secara historis, genre-genre
ini berkembang dan dipopulerkan oleh para pelopornya.
Genre Fotografi
Dalam bidang fotografi, seorang fotografer yang memiliki
cukup pengetahuan atau cukup mengenal genre atau aliran dalam fotografi ini,
pasti akan lebih mudah untuk memahami ketertarikan atau peminatannya dalam
bidang fotografi dan akan mempermudah si fotografer untuk lebih memahami arah
dan peluang yang terbuka untuknya dalam mengembangkan karir, hobi atau
kemampuannya di bidang fotografi ini. Yang terpenting dalam memilah kategori
aliran fotografi salah satunya membahas dalam forum atau berdiskusi, sehingga
komentara atau analisa dari lebih dari seorang akan membuat suatu karya menjadi
lebih mudah untuk diseleksi. Banyak pendapat yang berusaha memberikan aspek
dalam mempermudah pengategorian ini, antara lain pemilahan berdasarkan objek
fotonya, misalnya: Manusia, bisa foto studio/indoor, foto model, beauty shot,
foto perkawinan, foto prewedding, foto anak dan balita, foto candid, dan
lain-lain; Flora dan Fauna, bisa foto makro (foto yang sangat detail atau close
up), bisa foto alam, foto bawah laut, foto hewan atau yang dikenal wildlife;
Pemandangan, bisa foto alam, bisa foto aerial; Bangunan, bisa foto
arsitektural, foto interior; Benda, bisa foto makanan (food photography), foto
still life. Masih banyak pendapat lain yang mungkin lebih mendetail dalam
pengategorian aliran-aliran ini. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai
aliran atau genre untuk karya fotografi terutama yang cukup dikenal di kalangan
peminat fotografi di Indonesia.
Melalui kurun waktu yang sangat lama, bidang fotografi
berkembang sangat cepat, dengan menghasilkan aliran-aliran atau genre yang
menjadi bagian dalam perluasannya. Perkembangan genregenre tersebut tidak lepas
dari campur tangan fotografer-fotografer yang menjadi pelaku seni dalam bidang
ini. Dari konsep dan ide serta dari proses penciptaan mereka, maka karakter
hasil karya fotografi semakin beragam dan makin luas. Ke depannya pasti
perubahan dan pengembangan karya dari para fotografer ini masih akan
menciptakan dan menambah aliran-aliran baru yang akan terus memperkaya bidang
fotografi, terutama fotografi di tanah air.
TEKNIK FOTOGRAFI DAN ANALISA SEMIOTIKA DALAM PHOTOSHOOT CHALLENGE ROMANCE IN RAIN INTM CYCLE 2
Aprilia Santika, Maya
Purnama Sari
Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat inovasi-inovasi baru bermuculan dan meningkatkan kreatifitas seseorang dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam dunia fotografi terdapat banyak kemajuan dan inovasi yang tercipta, dimana semua itu tidak terlepas dari pengaruh luar (Nur, 2021). Selanjutnya, fotografi merupakan komunikasi yang dilakukan lewat hasil karya sebuah gambar atau foto dengan berbagai proses salah satunya kegiatan photoshoot oleh seorang fotografer yang berusaha untuk memberikan sebuah rasa, cerita, dan makna pada setiap foto yang dihasilkan. Fotografi sendiri memiliki arti yang termuat dari kata phos dan graphe dalam bahasa Yunani berarti phos adalah cahaya dan graphe adalah melukis. Antoine Hercules Romuald Florence adalah seorang yang memperkenalkan fotografi kepada masyarakat untuk pertama kalinya yang memliki latar belakang menjadi seorang penjual obat. Istilah dari kata fotografi Antoine sebutkan untuk mendeskripsikan proses dari pembuatan gambar secara permanen yang berasal dari pelat kaca yang digores dengan diberikan campuran kimia. Kemudian dikembangkan oleh John Herschel hingga akhirnya semakin dikenal oleh banyak orang. Marcus Sudjojo (2010) mengatakan bahwa sebuah kegiatan memotret gambar dengan memanipulasi cahaya sesuai dengan yang diinginkan agar mendapat hasil yang maksimal disebut dengan fotografi. Kecepatan proses bukan menjadi patokan dalam fotografi, tapi lebih ke dalam memberikan sentuhan pada hasil fotonya menjadi hasil yang berbeda dan lebih estetik dan sempurna (Rahmat, 2020). Begitu juga menurut O’Hagan (2022) dan Djonov et al., (2022), perspektif hubungan antara media "baru" dan "lama", dengan alasan bahwa gambar yang diambil oleh drone dan merpati memiliki kesamaan dalam bentuk dan fungsinya, tetapi penciptaannya dipandu oleh nilai-nilai ideologis yang berbeda dan dibatasi oleh potensi, norma, dan tradisi masyarakat. Selanjutnya, fotografi menurut pandangan dari Herry (2017) adalah sebuah prosedur dari setiap langkah-langkah yang dilakukan dibandingkan dengan menikmati dari hasil karya foto atau gambar. Dapat dikatakan pula bahwa fotografi adalah pandangan dari teknologis. Kemudian beliau menegaskan bahwa yang sangat ditekankan itu ada dalam sebuah proses yang dilakukan bukan dari hasil akhirnya. Disini membuktikan bahwa penting bagi fotografer untuk memperhitungkan langkah-langkah pasti dan akurat yang dilakukan agar hasilnya akan terlihat baik, karena proses tersebut ada hal yang penting sebagai sebuah jalan pembelajaran (Setiyanigsih et al., 2020; Fahmi et al., 2021). Era revolusi industri Eropa menjadi awal mula fotografi tumbuh dan berkembang hingga sekarang terlihat dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang teknologi dan sains. Tidak ada nama seseorang yang spesifik untuk menandakan sebagai penemu awal dari fotografi, karena pada saat itu fotografi dikerjakan dengan cara bereksperimen oleh lebih dari satu orang.Kemudian perjalanan dari fotografi dapat dibagi menjadi 3 bagian yang pertama yaitu era pra-fotografi, yang dilihat dari adanya sesuatu yang berkembang secara sendiri mulai dari teknologi optis maupun kimiawi. Bukti dari era ini adalah adanya alat-alat optik yang ditemukan secara berpisah-pisah dengan kimiawi (Leon, 2021). Era fotografi analog termasuk ke dalam periode kedua disini mulai terlihat adanya keterhubungan antara teknik optik mekanik dan kimiawi dengan adanya sebuah medium analog. Bukti dari periode ini adalah pada era fotografi Daguerre sampai abad ke-20 dalam sebuah fotografi film. Selanjutnya terakhir era fotografi digital periode ketiga, yaitu era dimana fotografi digital itu ditemukan dalam penemuan dan penggunaan fotografi, bukti dari periode ini adalah penyatuan antara era pra fotografi dan era fotografi digital dengan adanya penggabungan dari teknologi optik mekanis dan digital komputer yang terjadi sejak akhir abad ke-20 hingga sekarang (Freeman, 2021). Proses pengambilan gambar yang disebut dengan pemotretan atau photoshoot dilakukan oleh seorang fotografer untuk menghasilkan hasil foto atau gambar yang maksimal dengan bantuan alat-alat seperti kamera, lighting, tripod, dan lain sebagainya sebagai penunjang kesuksesan hasil karya foto. Fotografer sendiri merupakan seseorang yang mengambil gambar dengan bantuan sinar dan kecanggihan alat yang digunakan yang mana pada era fotografi digital sangat membantu fotografer dalam memperoleh gambar yang sesuai dengan jangkauan yang semakin luas. Genre dari fotografi yang berkaitan dengan photoshoot model sendiri yakni fotografi potret (Potrait Photography), Soedjono (2007:11) mengungkapkan bahwa hasil dari sebuah proses merekam kejadian jati diri seorang insan manusia dalam bentuk gambar disebut dengan fotografi potret dengan ini ciri khas kepribadian seseorang dalam sebuah media fotografi dapat terlihat dengan adanya foto potret tersebut (Effendy et a;., 2021). Foto potret dapat dihubungkan dengan fashion photography dimana dengan adanya subjek manusia menggunakan pakaian atau barang apapun di tubuh seseorang akan dideskripsikan dengan baik, sehingga para penikmat dapat mengetahui maksud dari pakaian atau barang yang dipakai di tubuh model tersebut (Istiqomah, 2021). Ridha Kusumabrata (2019) seorang fotografer fashion mengatakan bahwa fashion photography merupakan foto yang memfokuskan pada potret yang menekankan pada representasi dari pakaian atau barang yang dikenakan oleh model yang menyangkut dengan gaya hidup di dunia fashion yang mana akan dituangkan dalam sebuah media cetak ataupun media sosial. Dalam media cetak contohnya dapat diterbitkan di sebuah majalah fashion, koran, billboard, dan lain-lain. Sedangkan untuk media sosial atau maya dapat dimasukan ke dalam Instagram, Facebook, Twitter bahkan sekarang di acara televisi sudah banyak tontonan mengenai fashion photography yang mengedukasi seperti contohnya dalam program acara televisi Indonesia Next Top Model (INTM) Cycle 2 di channel TV NET, dimana program acara ini didalamnya banyak menampilkan dan menerapakan teknik-teknik fotografi dimulai dari pencahayaan yang pas sesuai dengan kejadian apa yang akan di representasikan, posisi pose dari seorang model, dan hasil editing yang dipakai agar foto yang dihasilkan dapat maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan dengan mengambil contoh dari Challenge Photoshoot dengan tema Romance in Rain. Penulis disini akan menganalisis secara rinci mengenai semiotika pada hasil foto dalam Challenge Photoshoot Romance in Rains INTM Cycle 2. Dimana semiotika adalah metode dalam menganalisa sebuah objek dengan membaca dan melihatnya (Kurniawan, 2001). Maka dari itu, dapat dengan mudah bagi orang dalam membaca dan memberi makna mengenai foto yang dilihat. Tanda-tanda, system, dan aturan semuanya dipelajari di semiotika (Kriyantono, 2006). Dengan ini semiotika dapat dikatakan sebagai ilmu mengenai tanda-tanda. (Dadan, 2014). Pengkajian ilmu kehidupan dengan tanda-tanda yang ada di masyarakat dapat dikatakan sebagai semiotika dengan pemaknaan yang secara langsung ataupun tersirat (Ika, 2014). Selanjutnya, Charles Sanders Peirce mengatakan bahwa pemaknaan dengan tanda dapat diimplementasikan dengan symbol, object, dan interpretant atau disebut dengan segitiga triadik. Dengan ini akan di bahas dan di analisa secara langsung mengenai hasil foto model cantik INTM Cycle 2 dalam Challenge Photoshoot Romance in Rain.
Hasil Pembahasan
Teknik Fotografi pada Challenge Photoshoot Romance in Rain. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil foto yang dihasilkan, terdapat beberapa teknik fotografi yang digunakan:Sudut pengambilan gambar menggunakan teknik full shot. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan tubuh model terlihat sampai ujung kepala dan kaki.Pencahayaan menggunakan cahaya alami dari lampu studio dengan intensitas sedang untuk menyerupai kondisi siang hari dengan guyuran air hujan.Keadaan hujan dibuat menggunakan mesin hujan buatan agar tetesan air terlihat alami.Proses editing dilakukan untuk mempertegas tokoh utama, menambah kesan berkilau air hujan, serta memperindah latar belakang.
PENGARUH FOTOGRAFI
PRODUK SEPATU TERHADAP MINAT BELI MASYARAKAT DENGAN BLIND TEST
Lip Son, Deli
fotografi produk menjadi sebuah hal yang sangat penting.
Fotografi produk yang baik dapat membantu menarik minat beli konsumen sehingga
dapat meningkatkan nilai jual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui smartphone mana diantara Samsung dan Apple yang dapat menghasilkan
foto produk yang lebih menjual menurut konsumen, serta untuk mengetahui apakah
Foto Produk mempengaruhi Minat Beli masyarakat di Kota Batam. Dalam perancangan
media, penulis memanfaatkan metode 4D (Define, Design, Develop, Disseminate)
dalam pengembangan Foto Produk. Selain itu, penulis juga menggunakan metode
kuantitatif yang dimana penyebaran data disebar melalui Google Form dengan
total responden 385 data disertai blind test. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbandingan yang signifikan diantara smartphone produk Samsung
dengan skor 4435 (54.2%) dan Apple dengan skor 3745 (45.2%) dalam menghasilkan
Foto Produk yang lebih menjual. Kemudian untuk hasil analisis data kuantitatif
menunjukkan bahwa Foto Produk (nilai signifikansi < 0.01 pada uji t) memiliki
pengaruh terhadap Minat Beli masyarakat di Kota Batam. Pengaruh ini juga dapat
dilihat pada nilai koefisien determinasi, dimana Foto Produk berpengaruh
sebesar 25.6% pada variabel Minat Beli. Berikut merupakan landasan teori yang
mendasari penelitian ini:
Fotografi Produk
Fotografi produk merupakan salah satu komponen penting dalam
pemasaran produk secara online. Foto produk berperan untuk memberikan informasi
visual secara jelas mengenai produk tersebut kepada konsumen. Melalui gambar,
konsumen dapat mengetahui detail produk seperti bentuk, warna, tekstur dan lain
sebagainya. Foto produk yang baik juga dapat memberikan kesan positif kepada
konsumen dan berperan dalam memikat minat beli konsumen (Adegbite &
Adegbohungbe, 2020; Mulyana & Khairurrijal et al, 2021).
Pengaruh Fotografi Produk terhadap Minat Beli
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa fotografi
produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Foto produk yang
menarik dan berkualitas dapat mempengaruhi minat beli konsumen secara positif.
Hal ini disebabkan karena foto produk dapat memberikan informasi visual secara
jelas mengenai produk dan juga dapat memberikan emosi positif kepada konsumen
(Zuliana & Agung, 2018; Al-Ajam & Nor, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa perancangan dan pengembangan proyek fotografi produk sepatu
menggunakan 2 smartphone berbeda berhasil di implementasikan menggunakan metode
4D (Define, Design, Develop, Disseminate). Selain itu dalam uji coba blind test
tidak terdapat perbandingan yang terlalu signifikan terhadap foto produk yang
dihasilkan menggunakan smartphone Samsung A54 dan iPhone 11 dalam menghasilkan
foto yang lebih menjual. Walaupun berdasarkan hasil perhitungan Samsugn A54
lebih unggul sedikit dengan skor 4435 (54.2%) dibandingkan iPhone 11 dengan
skor 3745 (45,8%). Sedangkan untuk analisis data kuantitatif menggunakan uji t
memiliki hasil yang menunjukkan bahwa Foto Produk memiliki signifikansi <
0.01, maka dapat disimpulkan bahwa Foto Produk memiliki pengaruh terhadap Minat
Beli masyarakat di Kota Batam. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai koefisien
determinasi yang telah di uji bahwa Foto Produk berpengaruh sebesar 25.6%
terhadap Minat Beli masyarakat di Kota Batam.
VISUALISASI PRODUK KOSMETIK
DALAM FOTOGRAFI KOMERSIAL
Eric Adam Brahmandita
, Cokorda Istri Puspawati Nindhia , I Made Bayu Pramana (4)
Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki
maupun perempuan sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap
hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut hingga ujung kaki. Menurut Wall
dan Jellinek, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad
ke-19 pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono, 2007: 3). Perkembangan ilmu
kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20.
Istilah kosmetik, yang dalam bahasa Inggris “cosmetics”, berasal dari kata
“kosmein” (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk
mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan di lingkungan sekitar.
Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
dengan maksud untuk meningkatkan kecantikan (Tranggono, 2007: 5).
Maka dari itu penulis ingin memvisualkan produk kosmetik
kedalam foto produk komersial. Foto komersial merupakan foto yang memiliki
nilai jual dan fotografi ini tujuan komersial dibuat misalnya untuk iklan dari
sebuah produk, untuk poster, atau yang lainnya.
Fotografi Komersial Chandra & Nugroho (2017) dalam
jurnalnya yang berjudul Implementasi Flipped Classroom Dengan Video Tutorial
Pada Pembelajaran Fotografi Komersial, dalam bisnis online pelanggan tidak
dapat menyentuh produk secara langsung, sehingga foto dari produk yang
ditawarkan menjadi sangat penting. Foto yang ditampilkan pada situs penjual
haruslah sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan pembeli tertarik pada
produk tersebut dan selanjutnya melakukan pembelian. (2017:20) Jadi dari
tinjauan pustaka tersebut dapat ditemukan titik persamaan dan perbedaan dengan
yang penulis lakukan. Adapun titik persamaannya adalah sama-sama mengulas
tentang fotografi komersial dan produk kosmetik. Perbedaannya yaitu terletak
pada pembahasan, diantaranya yaitu tentang pembahasan kosmetika dikalangan
mahasiswa dan bisnis online foto komersial. Sedangkan penelitian ini lebih
terfokus terhadap visualisasi produk kosmetik pada fotografi komersial.
VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA
Karya foto yang berjudul “Masker Herbal”
Dalam pemotretan pada karya ini penulis memilih background
warna biru muda serta aksesoris daun serta bungkusan dari produk tersebut.
Karya ini diambil portrait dengan teknik dof sempit dan tata cahaya samping
kanan dengan menggunakan lighting. Karya ini diambil di dalam ruangan dengan
setting lighting power dengan kecepatan 1/8 serta jarak 35mm. Medium yang
digunakan berupa kamera Mirrorles Sony A6000 beserta lensa kit Sony 16-50mm
F3.5-5.6 OSS dengan settingan Speed 1/160, F 7.1 dan Iso 100.
Masker herbal ini merupakan produk masker yang diproduksi
oleh Scarlett. Penulis memilih background berwarna biru muda karena
menyesuaikan agar menyatu dengan warna pada produk. Ada tambahan properti daun
yang memperkuat konsep herbal pada produk tersebut. Penulis memiliki ide dengan
memberikan 2 daun pada bagian depan dan belakang yang bertujuan untuk
memberikan depth of field pada karya foto tersebut.
Karya foto yang berjudul “Lip Whip”
Pada karya ini penulis memilih background warna biru dan
merah muda. Karya ini diambil portrait dengan teknik bird eye dan tata cahaya
samping kanan dengan menggunakan lighting. Karya ini diambil di dalam ruangan
dengan setting lighting power dengan kecepatan 1/8 serta jarak 35mm. Medium
yang digunakan berupa kamera Mirrorles Sony A6000 beserta lensa kit Sony
16-50mm F3.5-5.6 OSS dengan settingan Speed 1/160, F 7.1
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa
penulis dapat menyelesaikan tema Natural Kreatif yang dimana memanfaatkan ide
kreatif dari penulis agar dapat menghasilkan foto yang menarik dengan
memanfaatkan konsep natural melalui cahaya, warna, dan teknik pengambilan
setiap foto dan dengan menggunakan medium berupa kamera mirrorless dan media
majalah. Karya yang diangkat oleh penulis merupakan atas pengalaman dan
bimbingan selama menempuh Studi/Proyek Independen di mitra. Pada karya
fotografi ini terdapat beberapa penerapan konsep, aksesoris dan pencahayaan
yang terbentuk oleh metode yang digunakan penulis, beberapa contohnya seperti
metode eksplorasi, eksperimentasi, pembentukan karya hingga finishing. Penulis
memanfaatkan eksplorasi melalui sumber – sumber yang berguna untuk dapat
mencari dan memperluas konsep. Eksperimentasi menjadikan sumber dari eksplorasi
dapat di praktikkan melalui bahan – bahan yang digunakan penulis sehingga dapat
dilanjutkan ke tahap pembentukan karya. Tahap pembentukan karya penulis mencoba
untuk menerapkan yang terlebih dahulu sudah dikonsepkan melalui eksplorasi dan
eksperimentasi. Pada tahap finishing penulis mencoba untuk memilah karya yang
sudah di bentuk melalui metode sebelumnya dan menentukan beberapa foto terbaik
yang selanjutnya akan memasuki tahap penyuntingan atau editing. Penulis
menginginkan karya yang dibuat ini kedepannya dapat digunakan untuk menjadi
ajaran serta memenuhi kebutuhan promosi suatu produk untuk mempromosikan produk
produsen yang membuat ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut.
PELATIHAN FOTOGRAFI PRODUK UNTUK PEMASARAN DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK LIFESTYLE PHOTOGRAPHY
SETYA INDAH ISNAWATI,
ARI EKO BUDIYANTO, FITRI DWIJAYANTI
Bakti Humaniora Vol
II No. 1, Juni 2022
Teknologi di era 5.0 saat ini bukan lagi menjadi tantangan
tetapi menjadi kebutuhan bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk di
bidang perekonomian. Masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari sudah
berkembang pesat dengan hanya melalui gadget/smartphone saja. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi ini berdampak juga pada pelaku usaha. Mereka
harus berupaya berdampingan dengan teknologi agar usahanya tetap bertahan,
terutama bagi mereka yang berbisnis secara offline. Peralihan bentuk bisnis
dari offline ke online juga memaksa pelaku bisnis untuk mengubah dan menambah
sistem penjualan menggunakan teknologi, yaitu internet. Media yang digunakan
pun banyak macam-macam, yang paling banyak digunakan adalah media sosial dan
marketplace.
Pemasaran melalui media internet atau saat ini biasa dikenal
dengan istilah digital marketing/pemasaran digital. Pemasaran secara digital
merupakan salah satu media pemasaran yang sedang diminati oleh masyarakat saat
ini. Dengan memanfaatkan alat atau media digital, pemasaran dapat menjangkau
target konsumen yang lebih luas secara cepat dan tepat. Selain itu, untuk
kepentingan usaha dan bisnis, pemasaran melalui media digital juga lebih efektif
dan efisien dalam penggunaan dana iklan. Dalam pemanfaatan media digital untuk
pemasaran, dibutuhkan konten visual untuk memikat perhatian calon konsumen.
Salah satu konten visual yang paling banyak dan penting digunakan dalam bisnis
online adalah foto produk.
Foto produk yang mampu menarik konsumen menjadi ujung tombak
dalam pemasaran produk di era digital ini. Sebuah gambar atau foto dapat
menceriterakan banyak hal. Dengan kata lain, melalui foto-foto yang menarik
serta sesuai dengan karakter produk, pesan-pesan pemasaran dapat melekat pada
konsumen, sehingga tujuan menjangkau lebih banyak konsumen dapat tercapai.
Pemasaran digital atau digital marketing merupakan kegiatan
pemasaran yang memanfaatkan media digital sebagai sarana mempromosikan produk
atau jasa. Menurut Dewi (2021), digital marketing adalah strategi pemasaran
yang dilakukan dengan menggunakan teknologi digital sebagai media untuk
menjangkau konsumen. Teknologi digital yang dimaksud adalah internet, website,
aplikasi mobile, media sosial, dan lain-lain. Pelaksanaan digital marketing
dapat memberikan banyak manfaat bagi pelaku usaha, diantaranya dapat menjangkau
pasar yang lebih luas, biaya yang lebih terjangkau, dapat membangun hubungan
dengan konsumen, serta data analitik yang lebih akurat.
Foto produk merupakan salah satu bentuk konten visual yang
penting dalam pemasaran digital. Menurut Rohadin (2018), foto produk adalah
foto yang menampilkan tampilan produk secara detail dan menarik. Foto produk
yang baik dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Selain itu, Rangkuti
(2014) juga menyatakan bahwa foto produk yang berkualitas dapat meningkatkan
daya tarik produk dan membantu mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk.
Dilansir dari accurate.com, berikut manfaat dan pengaruh
besar foto produk dalam bisnis:
1.
Membangun Reputasi Bisnis Foto produk adalah
salah satu komponen yang sangat penting dari proses branding pada bisnis. Lewat
foto produk, maka perusahaan dapat memberikan kesan bahwa brand tersebut adalah
kredibel, profesional, dan juga berbeda dari para pesaing.
2.
Meningkatkan Visibilitas Bisnis Konten dalam
bentuk visual memiliki peluang yang besar untuk dibagikan di sosial media
kepada audiens hingga 40%.
3.
Kesempatan Memperoleh Conversion Rates yang
Diinginkan Walaupun konsumen tidak dapat melihat langsung atau bersentuhan
dengan produk fisik dari sebuah bisnis, tetapi foto produk yang menarik mampu
memberikan gambaran terkait kualitas, fitur, dan juga manfaat dari produk
tersebut.
produk dengan kualitas terbaik, terdapat beberapa
jenis-jenis foto produk yang dapat diterapkan. Berikut beberapa di antaranya
(jagoanhosting.com):
1.
Ghost Mannequin Jenis foto produk ini sangat
umum digunakan dalam produk pakaian. Seperti namanya, jenis foto ini maksudnya
adalah memfoto pakaian yang sedang digunakan, namun bagian tubuh pemakai
dihapus melalui aplikasi edit foto. Tujuannya adalah untuk menyajikan secara
jelas bagaimana sebuah pakaian tersebut bila dipakai tanpa memperlihatkan model
yang memakainya.
2.
Background Polos Background yang digunakan bisa
bermacam-macam bergantung pada keinginan dan produk yang ditampilkan. Terlepas
dari hal itu, latar yang digunakan umumnya adalah putih atau warna-warna
terang.
3.
Lifestyle Photography Pada jenis foto produk
kali ini adalah suatu produk ditata sedemikian rupa dalam keadaan sebenarnya
sehingga menghasilkan foto yang tetap menarik.
4.
Scale Shots Teknik foto yang digunakan untuk
memotret sebuah produk dengan objek lain sebagai pembandingnya. Sehingga
memudahkan calon konsumen dalam memperkirakan ukuran dari produk tersebut.
5.
Detailed Shots Penggunaan teknik detailed shots
bertujuan untuk memperlihatkan detail-detail penting kepada konsumen. Biasanya
foto suatu produk akan diambil secara close-up untuk memberikan detail fitur,
tekstur, dan kualitasnya. Penggunaan jenis gambar produk ini dinilai dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen sebelum membeli suatu produk
Dilansir dari saint.co, pada prinsipnya lifestyle
photography akan menonjolkan objek orang dengan foto full body dengan
background yang unik sesuai dengan tema gaya hidup yang dipakai serta didukung
dengan properti lainnya untuk mempercantik dan memperdalam makna lifestyle foto
itu sendiri. Maka dalam kasus pengambilan gambar lifestyle photography ini
diusahakan untuk membuat semua yang ada dalam foto tersebut menyatu dan
terlihat unik dan menarik. Banyak kesalahan yang terjadi dalam pengambilan
gambar tema lifestyle photography adalah terlalu fokus ke model atau orang yang
diambil gambarnya. Sebenarnya sangat mudah dalam pengambilan gambar untuk
lifestyle photography, yang terpenting adalah membuat semua objek yang ada di
foto tersebut menjadi satu kesatuan dan terlihat unik serta jangan terlalu
fokus pada satu objek saja. Teknik foto produk ini dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu hero style dan flat lay photo. Hero style adalah teknik foto yang
digunakan untuk pemotretan produk dengan menawarkan sebuah foto di mana
produk-produk di dalamnya digunakan sebagaimana penggunaannya. Sehingga
membantu calon konsumen dalam menggunakan produk tersebut nantinya. Sementara
flat lay photography adalah teknik foto dengan memanfaatkan media datar
(biasanya meja) dengan tambahan properti pendukung lainnya dan menggunakan
teknik high angel (foto dari atas).
Berdasarkan pelaksanaan dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pelatihan fotografi produk busana untuk pemasaran digital pada
Toko Kedjora Grosir dapat berjalan dengan lancar. Proses pemaparan materi dan
pelatihan fotografi produk diikuti oleh peserta dengan antusias yang cukup
tinggi. Hal tersebut dikarenakan bisnis tersebut memang membutuhkan
keterampilan tambahan dalam mengelola konten pada platform media sosial dan
marketplacenya pada bidang foto produk. Hasil dan luaran dari proses pelatihan
fotografi produk kali ini menghasilkan karya foto dengan teknik hero style dan
flat lay photography. Materi pelatihan kali ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi Kedjora Grosir dalam meningkatkan engagement rate pada bisnis onlinenya.
KAJIAN ESTETIKA FOTOGRAFI KARYA FOTOGRAFI KARYA FOTOGRAFER OBJEK WISATA PINUS PENGGER. BANTUL YOGYAKARTA
M. ALIEF FAIZUL AKBAR
Objek Wisata Pinus Pengger yang ramai diperbincangkan
setahun belakangan ini menggeliat dan menjelma menjadi salah satu destinasi
wisata yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Yogyakarta. Objek Wisata Pinus
Pengger menawarkan beberapa pilihan spot berfoto di antaranya seperti anjungan
“Pancawara” yang berbentuk menyerupai telapak tangan, anjungan “Cetta Abipraya”
yang berbentuk segitiga dengan lubang di bagian tengahnya, anjungan “Asuma
Paduraksa” yang berbentuk seperti gapura dan anjungan “Watu Ngadek” yang
berbentuk mirip goa. Selain beberapa anjungan di atas terdapat juga anjungan
baru berbentuk jembatan yang belum diberi nama oleh pihak pengelola.
Anjungan-anjungan ini dibuat menggunakan bahan ranting, kayu dan bambu yang
dijalin sedemikian rupa hingga terbentuk struktur yang diinginkan. Objek Wisata
Pinus Pengger sendiri dikelola secara kolektif oleh warga desa Sendangsari yang
berjumlah 40 orang. Para pengelola ini memiliki pembagian tugas dan tanggung
jawab terhadap unit usaha yang berada di kawasan Objek Wisata Pinus Pengger.
Ada yang bertugas melakukan perawatan terhadap anjungan-anjungan yang berada di
Pinus Pengger, ada yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan warung dan lapak
penjual, ada yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan retribusi seperti
tiket masuk, parkir, dan sewa tempat, serta ada pula yang bertugas mengelola
unit usaha jasa fotografi yang ditawarkan di objek wisata ini. Secara spesifik
unit usaha jasa fotografi ini bertanggung jawab terhadap proses produksi foto
di anjungan-anjungan yang berada di Objek Wisata Pinus Pengger mulai dari
pemotretan hingga prosedur penyerahan hasil foto dari fotografer ke pengunjung,
perawatan inventaris dan peralatan fotografi seperti laptop, kamera, lensa dan
tripod, serta melakukan perekrutan, pelatihan, pengawasan, dan evaluasi
terhadap para fotografer yang berada di kawasan Objek Wisata Pinus Pengger.
Pada awalnya para fotografer yang baru direkrut ini akan mendapatkan semacam
training singkat mengenai cara pengoperasian kamera dan peranti fotografi
lainnya apabila belum pernah mengoperasikan kamera sebelumnya. Setelah para
fotografer ini dirasa telah mampu mengoperasikan kamera dengan baik selanjutnya
mereka akan diterjunkan langsung untuk berkontribusi di anjungan yang berada di
Objek Wisata Pinus Pengger dengan pengawasan dari fotografer yang lebih senior.
Menurut Suparlan Suhartanto, “Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan
masalah seni dan keindahan, istilah ini berasal dari bahasa Yunani, aisthesis
yang berarti penyergapan inderawi, pemahaman intelektual atau bisa juga
pengamatan visual”. Setiap orang menginterpretasikan sebuah karya dengan
berbeda beda. Dalam menciptakan karya fotografi. Adanya nilai estetik menjadikan
sebuah karya foto tidak hanya memiliki roh keindahan akan tetapi memiliki makna
yang terkandung dalam imaji tersebut. Bekal pengetahuan dan kemampuan dalam
menentukan komposisi foto dianggap krusial pada saat proses produksi foto
tersebut terjadi. Komposisi sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana padu padan berbagai macam aspek teknis fotografi dapat bersinergi dan
dinikmati secara utuh hingga memberikan suatu kepuasan akan hasil visual yang
tersaji. Pengetahuan tentang komposisi pada fotografi akan sangat membantu
fotografer untuk menghasilkan foto yang baik. Dengan berpedoman pada teori
komposisi yang baik maka foto-foto yang dihasilkan tentunya juga akan lebih
maksimal. Kaidah-kaidah dalam karya seni atau aturan baku yang melandasi
terbentuknya sebuah karya seni ini yang disebut komposisi. Komposisi dalam
bahasa latin composition, memiliki arti menyusun atau menggabungkan menjadi
satu (Yulius, 2011: 106). Komposisi sendiri mencakup tiga bagian pokok yaitu:
Kesatuan (unity), Keseimbangan (balance), dan Irama (rhythm), penekanan,
proporsi, dan keselarasan. Terry Barret dalam buku ‘Critizing Photographs: An
Introduction to Understanding Images’ membahas deskripsi dan interpretasi pada
karya fotografi yang digunakan untuk mengulas sudut pandang karya fotografi.
“Wacana kritik seni merupakan salah satu bagian yang sangat penting karena
nilainya yang bersifat informatif, di samping memperkenalkan juga memberikan
apresiasi dan interpretasi serta evaluasi tentang keberadaan suatu karya seni.”
1. Deskripsi Pada tahap ini deskripsi bertujuan untuk mencatat semua
unsur-unsur yang tampak secara visual mulai dari garis, bidang, bentuk dan
sebagainya tanpa memberikan penafsiran pemaknaan dan kesimpulan (Soedjono,
2007:86) 2. Analisis Formal Tahapan selanjutnya merupakan proses unutk mengurai
dan mencari hubungan kait tantara satu elemen dengan elemen yang lain baik dari
struktur bentuyk, warna, tekstur, dans ebagainya dalam penampilan fisikal karya
seni (Soedjono 2007:86) 3. Interpretasi Interpretasi merupakan proses pencarian
dan pemahaman makna yang didapatkan dari hasil analisis sebelumnya terhadap
keberadaan/kehadiran sebuah karya seni, Soedjono (2007: 86). 4. Penilaian dan
Evaluasi Mengevaluasi suatu karya seni dengan metode kritik berarti merangking
karya dalam hubungan dengan karya lain yang satu kelas, yangkni menerapkan
tingkat artistic dan estetiknya.
Analisis :
Jika dilihat dari segi pencahayaan, pada foto ini digunakan
artificial light berupa cahaya lampu sebagai main light yang diletakkan pada
sudut 45 derajat menghadap ke arah subjek untuk menerangi anjungan secara
keseluruhan dan menghasilkan dimensi bayangan yang dinamis. Lampu perkotaan
yang dibuat kabur mengisi seperempat bidang pada latar belakang foto ini,
sedangkan sisanya didominasi oleh warna gelap yang berasal dari area yang tidak
terekspos cahaya di bagian bawah anjungan Pancawara. Cahaya lampu yang
menerangi anjungan ini memperjelas dimensi antar elemen pendukung yang terdapat
di foto ini. Struktur pada bangunan anjungan tersebut memperlihatkan detail
tekstur kasar pada bagian permukaannya, hal ini disebabkan penggunaan side
light satu arah menghasilkan kontras antara unsur highlight dan shadow yang
mempertegas tekstur anjungan tersebut. Adapun untuk bagian tengah pijakan
tempat subjek utama berpose menampilkan tekstur tak beraturan. Keselarasan
warna cokelat antara hijab yang dikenakan subjek utama dengan warna anjungan
dan warna tanah menjadi pengunci akan unsur elemen warna yang dihadirkan pada
foto di atas. Warna putih pada busana kemeja yang dikenakan oleh subjek utama
terlihat kontras dengan lingkungan sekitarnya yang cenderung bernuansa gelap.
Terdapat repetisi pada bidang vertikal yang menjulang pada anjungan yang
mewakili bentuk jemari dan menunjukkan keserasian dengan subjek utama yang juga
terlihat menjulang di bagian tengah anjungan. Jika dilihat secara mendetail,
terdapat kontras antara warna kebiruan pada latar belakang langit dengan warna
cokelat-kekuningan pada anjungan. Warna gelap pada foto ini menjadi transisi
sekaligus pembatas yang memisahkan elemen struktur anjungan dengan bidang
langit.
Interpretasi
Berdasarkan bentuk visual yang disajikan, dapat dikatakan
bahwa subjek utama dalam foto tersebut merupakan sosok perempuan yang anggun.
Hal ini dapat dilihat pada pose beserta mimik muka yang diperlihatkan oleh
subjek tersebut. Subjek tersebut berpose menghadap ke kamera, menatap tepat ke
tengah lensa dengan tatapan tajam, menurunkan dagu dan memasang mimik muka yang
datar. Perpaduan pose dan mimik muka yang ditampilkan membuat subjek tampak
anggun dan elegan.
Evaluasi
Secara keseluruhan,
dapat dikatakan bahwa karya foto di atas merupakan foto yang diarahkan
sedemikian rupa mulai dari pose hingga teknik pengambilan gambarnya. Penggunaan
tata cahaya dengan satu buah lampu yang menyinari dari arah samping dinilai
dapat menambah kesan dinamis pada foto dan sesuai dengan kebutuhan di anjungan
Pancawara ini. Porsi bidang gelap pada latar belakang di foto ini dinilai
menjadi pembanding warna yang kontras dengan warna dari anjungannya. Hal ini
membuat bentuk anjungannya semakin terlihat jelas dan menonjol. Keadaan
tersebut disebabkan karena pemilihan high angle membuat bidang gelap yang
terkespos menjadi lebih dominan dibandingkan dengan bidang langit maupun gemerlap
lampu perkotaan.
SIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan pemaparan uraian diatas, dalam upaya memahami dan menganalisis karya para fotografer di Objek Wisata Pinus Pengger diperlukan beberapa tahapan tertentu. Aspek formal fotografi dan interpretasi dalam penilaian suatu karya dapat dilakukan setelah menjabarkan hasil analisis estetika fotografi dalam tataran ideasional dan tataran teknikal. Hal tersebut bertujuan untuk melandasi penelitian ini, Aspek pendekatan tersebut dapat membantu untuk menafsirkan kemungkinan ide serta teknik fotografi yang diterapkan oleh fotografer dalam menghasilkan sebuah imaji. Secara keseluruhan, setiap unsur yang dihadirkan dalam karya foto di Objek Wisata Pinus Pengger pada dasarnya memiliki tampilan visual yang mencerminkan konsep dari anjungan itu. Berdasarkan hasil penelitian, para fotografer di Pinus Pengger tidak hanya menyajikan keunikan bentuk anjungan secara visual tetapi juga keindahan alam beserta elemen pendukung lainnya melalui nilai-nilai estetik yang terdapat di dalam karya fotonya. Para fotografer Pinus Pengger juga memperhatikan padupadan keseluruhan objek yang difoto untuk mewujudkan eksistensi dari konsep yang secara spontan meraka ciptakan, dalam hal busana yang dikenakan, pemilihan latar belakang, pose, dan mimik muka. Unsur-unsur tersebut ditranslasikan ke dalam bahasa visual foto, seperti garis, tekstur, dan warna untuk memperoleh kesatuan bentuk yang harmonis. Terlihat adanya perbedaan antara karya foto di Objek Wisata Pinus Pengger dengan foto-foto serupa di objek wisata lain. Hal tersebut diperlihatkan melalui berbagai macam eksplorasi baik secara teknikal maupun ideasional seperti pemilihan pose, latar belakang, subjek pendukung, hingga elemen pendukung lainnya. Pengaplikasian teknik dalam pencahayaan juga lebih didominasi oleh pemanfaatan artificial light yang sudah tersedia di lokasi. Sebagian besar, karya foto yang dihasilkan memiliki detail yang tajam antara subjek utama dan keseluruhan latar belakang. Kelima objek penelitian menunjukkan hasil foto yang menggunakan teknik pencahayaan yang sama, dengan porsi model yang full body. Empat dari kelima foto tersebut menampilkan penggunaan teknik long shot, sedangkan satu foto menggunakan teknik medium shot. Dari bentuk-bentuk visual yang disajikan di atas dapat ditarik kesimpulan juga bahwa secara umum terdapat kesamaan ataupun standarisasi dari segi pemilihan angle dan framing pada komposisi foto yang diproduksi oleh para fotografer di Objek Wisata Pinus Pengger. Praktik pemilihan centered composition ini salah satunya dipengaruhi oleh struktur anjungannya yang cenderung menjadikan bagian tengahnya sebagai point of interest.
ASPEK NONTEKNIS FOTOGRAFI JALANAN KARYA ERIK PRASETYA
Wulandari, Rezha
Destiadi
Fotografi jalanan merupakan salah satu genre dalam fotografi
yang memotret aktivitas di ruang publik. Jakarta menjadi salah satu kota yang
memiliki banyak ruang publik, seperti jalanan, pasar, terminal bis, stasiun,
dan lain-lain. Banyak aktivitas menarik yang dapat ditangkap oleh kamera di ruang-ruang
publik tersebut. Hal inilah yang menjadi fokus dalam karya-karya fotografi Erik
Prasetya, seorang fotografer senior yang dikenal dengan genre fotonya yang
memotret aktivitas di ruang publik di Jakarta.
Sebagai seorang fotografer, Erik Prasetya banyak menangkap
aktivitas dan momen-momen yang terjadi di ruang publik. Karya-karyanya
seringkali menampilkan elemen-elemen grafis yang menarik. Meskipun diambil
secara spontan atau candid, karya-karya Erik Prasetya memperlihatkan
aspek-aspek nonteknis yang kuat. Aspek nonteknis dalam fotografi dapat dilihat
dari segi visual artistik, dimensi, dan penggunaan warna.
Penelitian ini akan mengkaji aspek nonteknis dalam
karya-karya fotografi jalanan Erik Prasetya, khususnya pada tiga karyanya yang
berjudul "Street", "Rain", dan "Style". Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis berdasarkan
pemikiran Yuyung Abdi tentang aspek nonteknis dalam fotografi. Analisis aspek
nonteknis ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa sebuah foto dapat
dilihat secara lebih mendalam, tidak hanya dari segi teknisnya saja, tetapi
juga menyangkut pesan yang ingin disampaikan oleh fotografer melalui aspek
non-teknisnya.
Fotografi jalanan (street photography):
1.
Konsep fotografi yang memotret aktivitas di
ruang publik, seperti jalanan, pasar, terminal, stasiun, dan lain-lain.
2.
Fokus pada menangkap momen-momen menarik yang
terjadi di ruang-ruang publik.
Aspek nonteknis dalam fotografi:
Konsep yang dikemukakan oleh Yuyung Abdi, yang menekankan
bahwa selain aspek teknis, fotografi juga memiliki aspek nonteknis yang penting
untuk dikaji.
Aspek nonteknis mencakup:
1.
Dari visualnya dapat dilihat beberapa aspeknya
yaitu komposisi, pencahayaan, sudut pandang, dll.
2.
Dimensi atau kontur dari objek terlihat jelas
kedalamannya, perspektif, dll.
3.
Aspek warna dapat dilihat dari penggunaan warna,
kontras, dll.
Komposisi Fotografi Dalam memotret, salah satu aspek teknis
yang dikuasai oleh fotografer adalah komposisi. Komposisi dalam fotografi yaitu
cara menyusun atau menempatkan elemen atau variabel atau unsur dalam sebuah
foto (Abdi, 2012: 151) sehingga fotogafer diminta untuk lebih jeli dalam
memotret. Menurut Darmawan (2009: 74) komposisi adalah seni menempatkan gambar,
benda – benda dan menyusun garis – garis dalam batas –batas bidang gambar yang
menjadi bagian terpenting dalam pemotretan, sehingga menjadi pedoman para fotografer
dalam membuat foto. Namun, adanya banyak pedoman dalam hal komposisi, bukan
serta merta menjadi dogma atau paraturan yang wajib diikuti. Adanya komposisi
memudahkan fotografer untuk membuat foto yang diinginkan, adanya komposisi
membuat fotografer tidak asal dalam membuat foto.
hasil analisis terhadap aspek nonteknis dalam tiga karya
fotografi jalanan Erik Prasetya ("Street", "Rain", dan
"Style") dapat dirangkum sebagai berikut:
Karya "Street":
Penerapan komposisi yang dinamis, dengan penggunaan sudut
pandang dan framing yang menarik. Aspek kedalaman yang diciptakan melalui
lapisan-lapisan subjek dalam foto seperti background,foreground,dan
pencahayaan. Penggunaan warna-warna kontras yang menciptakan kesan kuat dan
energik.
Karya "Rain":
Penggunaan teknik slow shutter speed untuk memperlihatkan
efek gerak air hujan. Kesan kedalaman yang dihadirkan melalui permainan fokus
dan blur. Dominasi warna biru dan abu-abu yang memberikan kesan melankolis.
Karya "Style":
Komposisi yang seimbang, memperlihatkan subjek utama dengan
jelas. Penggunaan latar belakang yang blur untuk memfokuskan perhatian pada
subjek utama. Kombinasi warna-warna cerah yang memberikan kesan hidup dan
energik.
Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa
karya-karya fotografi jalanan Erik Prasetya memiliki aspek nonteknis yang kuat,
baik dari segi visual artistik, dimensi, maupun penggunaan warna. Aspek-aspek
tersebut turut mendukung penyampaian pesan dan makna yang ingin disampaikan
oleh fotografer dalam setiap karyanya.
Memotret tanpa rencana di ruang publik menjadi satu hal yang
menantang, karena di dalamnya fotografer tidak mengambil kontrol atas apa yang
dilakukan oleh subjek foto. fotografer tidak mengarahkan gaya, cenderung candid
dan spontan. Itulah fotografi jalanan. Karya – karya Erik banyak menangkap
momen tersebut, meskipun tidak dibahas seluruhnya dalam penulisan kali ini.
Efek blur juga dipakai dalam membuat fotografi jalanan, sehingga kesan
pergerakan dapat terasa dan terkesan dinamis. Segi nonteknis yang dipakai untuk
menganalisis karya foto Erik memperlihatkan bahwa foto yang dibuat secara
candid dapat dianalisis. Fotografi jalanan yang cenderung bukan dibuat – buat,
karena memang itulah sifat fotografi jalanan, memotret apa adanya, meskipun
beberapa fotonya terdapat penambahan bantuan blitz, tetapi tidak mengurangi
esensi dari fotografi jalanan. Permainan elemen geometris serta warna yang
spontan dipilih membuat karya Erik menjadi lebih menarik dan bisa berlama –
lama untuk dipandang. Fotografi jalanan, bukan sebatas candid, tetapi bagaimana
si fotografer dapat menampilkan pesan, mengkomunikasikannya melalui media foto,
sehingga membawa si penikmat foto untuk bukan sekedar menikmati namun lebih
jauh dari itu untuk bisa merenungi.
KOMPOSISI DALAM SENI FOTOGRAFI
Yekti Herlina
Fotografi merupakan salah satu media penting yang digunakan
untuk mendokumentasikan momen-momen penting dalam kehidupan. Melalui fotografi,
kenangan dan pengalaman dapat terekam dan diingat dengan baik. Namun, untuk
menghasilkan foto yang baik secara artistik membutuhkan perencanaan dan konsep
yang matang. Foto yang diambil secara acak tanpa memperhatikan aspek teknis
maupun artistik akan menghasilkan hasil yang kurang memuaskan.
Untuk memperoleh hasil foto yang menarik secara visual, diperlukan
beberapa faktor pendukung seperti komposisi, pencahayaan, ketajaman gambar, dan
ketepatan momen saat pengambilan foto. Semua aspek tersebut harus dikuasai
dengan baik oleh seorang fotografer. Komposisi merupakan salah satu unsur
penting yang mempengaruhi kualitas sebuah foto. Komposisi adalah susunan elemen
gambar di dalam ruang format foto.
Kalangan peminat fotografi selalu berusaha mengeksperimen
berbagai gaya komposisi untuk menghasilkan foto yang lebih baik. Ada yang lebih
menyukai komposisi horizontal atau vertikal tergantung selera masing-masing.
Perdebatan ini menunjukkan pentingnya pengertian terhadap komposisi bagi
seorang fotografer.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
pengertian komposisi dalam seni fotografi, unsur-unsurnya, dan bagaimana
komposisi dapat mempengaruhi kualitas sebuah karya fotografi. Semoga dengan
memahami aspek komposisi ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil foto
para peminat dan seniman fotografi.
Pengaruh Fotografi
pada Seni dan Desain
Salah satu akibat perkembangan fotografi, adalah terjadinya
pergeseran tujuan berkesenian. Pada saat fotografi semakin digemari secara
meluas oleh masyarakat maka terjadi demokratisasi dalam kemampuan memindahkan
realita ke dalam bentuk dua dimensional, yang sebelumnya hanya dimiliki oleh
seniman. Beberapa seniman mulai berpikir untuk memanfaatkan seni (lukis) tidak
sekedar sebagai media untuk memindahkan realita, tetapi sebagai media
pengungkap realita yang dilihat secara kreatif, yang tidak mampu diungkapkan
oleh fotografi.
SENI
Seni sebagai tiruan adalah interpretasi yang dicetuskan,
baik oleh Plato maupun Aristoteles, walaupun mereka berdua tidak sepaham pada
apa yang ditirunya. Plato adalah pecinta seni, sekaligus pengkritik tajam para
seniman.
terdapat beberapa macam penempatan subyek dalam komposisi
fotografi, antara lain:
1. 1. Aturan sepertiga (rule of thirds)
Subyek ditempatkan di perpotongan garis
imajiner yang membagi gambar menjadi 3 bagian secara horizontal dan vertikal.
2. 2. Pusat gambar
Subyek ditempatkan persis di tengah-tengah
gambar. Komposisi ini kurang dinamis.
3. 3. Di luar pusat gambar (off-center)
Subyek ditempatkan sedikit miring dari
tengah gambar, di ujung kiri, kanan, atas atau bawah. Meningkatkan kesan
dinamis.
4. 4. Menggunakan bidang format
Subyek ditempatkan mengikuti bentuk dan
ukuran format gambar, misal lebih dekat ke pinggir untuk format landscape.
5. 5. Menggunakan garis horizon
Untuk pemandangan, garis horizon
ditempatkan di atas atau di bawah subyek utama agar fokus pada latar
depan/langit.
6. 6. Membentuk pola diagonal
Subyek ditempatkan membentuk pola diagonal
di dalam gambar.
7. 7. Berlawanan arah
Subyek utama ditempatkan menghadap ke arah
berlawanan dari subyek pendukung.
Demikian beberapa macam penempatan subyek untuk mendapatkan komposisi fotografi yang baik dan dinamis. Penempatan subyek mempengaruhi kualitas gambar.Tidak ada prinsip komposisi yang pasti. Pada keadaan tertentu, melanggar prinsip tersebut menghasilkan dampak yang berbeda. Untuk bisa mempelajari semua teori tentang komposisi, diperlukan rangkaikan elemen-elemen gambar sesuai cita rasa. Kualitas komposisi yang kuat adalah kesederhanaan dan tidak perlu banyak memasukan obyek yang tidak ada hubungannya. Pilihlah suatu objek yang menjadi pusat perhatian, sedangkain lainnya hanya merupakan pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek utamannya. Pada umumnya komposisi yang lebih menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan tidak dipusat gambar. Perlu diperhatikan bahwa untuk mendapatkan susunan diagonal yang menarik, fotografer harus berada pada posisi lebih tinggi dari subjek. Untuk melakukan sedikit perbaikkan komposisi, lakukanlah cropping disaat pemotretan dengan subjek utama memenuhi bingkai gambar. Format horizontal merupakan format yang dinamis karena mata akan bergerak melihat dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Jika subjek memiliki garisgaris vertikal yang dominan sebaiknya diambil dengan format vertikal sehingga subjek dapat memenuhi bingkai gambar. Tanpa kemampuan teknis fotografi yang baik dan komposisi dengan framing yang kuat, sebuah objek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu objek menjadi hilang keistimewaannya ketika ditampilkan dalam nuansa underex posure atau bahkan extreme overexposure. Memang terasa begitu besar dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Jadi komposisi merupakan salah satu cara bagaimana fotografer mengekspresikan dirinya.
KREATIVITAS DALAM SENI FOTOGRAFI
Yekti Herlina
Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, fotografi
telah menyebar ke segala penjuru dunia dan merambah beragam bidang kehidupan.
Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan
fotografi sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya.
Foto selalu menarik untuk dilihat atau diamati. Selain lebih
mudah diingat dibandingkan tulisan, sebuah foto mempunyai nilai dokumentasi
yang tinggi karena mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin terulang kembali,
apakah itu tentang cerita pribadi, keluarga, keindahan alam, atau peristiwa
seni budaya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita,
produk olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu lahirlah
ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata.
Menikmati hasil foto yang baik (menarik) memang
mengasyikkan, akan tetapi untuk menghasilkannya memerlukan perencanaannya dan
konsep yang baik. Setiap orang dapat menjepretkan kamera dan merekam objek
untuk difoto, tatapi tidak jarang foto yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sangat disayangkan apabila sebuah momen, khususnya yang jarang
terjadi, difoto seadanya tanpa memperhitungkan segi teknis dan nilai artistik.
Memang tidak dapat disangkal bahwa peralatan-peralatan
dengan presisi dan kualitas yang baik sangat dibutuhkan, tatapi kreativitas
hasil latihan dan pengembangan diri pribadi merupakan salah satu kunci
keberhasilan untuk menghasilkan karya-karya foto yang bernilai.
Dunia fotografi adalah dunia kreativitas tanpa batas.
Beragam karya foto dapat dihasilkan dengan berkreasi, tidak ada yang dapat
membatasinya. Sejauh keinginan untuk berkreasi, seluas itu pula lautan karya
yang bisa dihasilkan. Kreativitas yang dimaksud menyangkut segala aspek dan
proses pem-buatan foto, mulai dari pemilihan peralatan yang dipakai, kejelian
menentukan obyek pemotretan sampai proses pencetakan foto. Kejelian menentukan
obyek sangat berpengaruh pada foto yang akan dihasilkan. Mata seorang
fotografer yang terlatih mampu menangkap berbagai macam keindahan dimana saja,
bahkan pada obyek-obyek yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
kemampuan Teknis fotografi yang baik, sebuah obyek yang sangat menarik bisa
jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang
diperlukan sebab terkadang suatu obyek menjadi hilang keistimewaannya saat
dibidik dengan mengandalkan kecerdasan kamera saja. Sebaliknya, obyek yang
sangat biasa akan menjadi terlihat istimewa ketika ditampilkan dalam nuansa
ektreme. Memanfaatkan sarana pendukung seperti filter, tripod, dan perlengkapan
pendukung lainnya secara tepat bisa lebih memantapkan aktualisasi kreativitas
fotografer. Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi
yang didukung perkembangan teknologi kamera. Apalagi jika sudah memanfaatkan
fotografi digital untuk menyederhanaan proses teknis fotografi sehingga
fotografer bisa lebih berkonsentrasi untuk berkarya. Keunggulan kreatif akan
semakin menunjukkan perannya dalam dunia fotografi. Berbagai titik kreatif
memang bisa dipelajari, tetapi untuk menjadi fotografer kreatif harus banyak
mencoba, belajar dari kesalahan, dan terus berkarya. Pepatah mengatakan bahwa
pengalaman adalah guru yang paling berharga.
FOTOGRAFI KOMERSIAL DALAM FOTO POTRAIT FASHION VOGUE
Dzulya Istiqomah ,
Maya Purnama Sari
Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah membawa
pengaruh yang besar terhadap banyak aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang
fotografi. Fotografi yang pada awalnya hanya sebagai karya seni belaka kini
telah menjadi industri komersial yang sangat berpengaruh. Salah satu bidang
fotografi komersial yang berkembang pesat adalah fotografi fashion. Fotografi
fashion banyak dipakai untuk mempromosikan busana, aksesoris, maupun kosmetik
dalam berbagai majalah mode ternama seperti Vogue.
Majalah Vogue merupakan salah satu majalah fashion paling
berpengaruh di dunia. Melalui pengambilan gambar yang menarik dan profesional,
Vogue mampu mempengaruhi tren mode global. Salah satu teknik pengambilan gambar
yang sering digunakan Vogue untuk mempromosikan tren fashion terbaru adalah
teknik potret. Foto potret menampilkan setiap detail busana secara maksimal
sehingga mampu memberikan informasi visual yang jelas kepada pembaca.
Secara khusus, jurnal ini akan menganalisis pengaruh
fotografi komersial Vogue dengan model grup idola asal Korea Selatan,
Blackpink, sebagai foto potret dalam dunia fashion. Analisis akan menggunakan
pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce untuk memahami makna yang tersirat
dalam foto-foto tersebut. Dengan demikian, dokumen ini diharapkan mampu
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran penting fotografi
komersial dalam industri fashion saat ini.
Objek analisis adalah foto potret anggota Blackpink yang
menjadi model untuk edisi Juni majalah Vogue Korea. Tujuannya adalah
mempromosikan produk perawatan rambut dan kepala Miseenscene.
Menggunakan pendekatan semiotika Pierce dengan unsur tanda
(foto), objek (Blackpink), dan interpretan (pembaca Vogue).
Dalam foto tampak jelas ekspresi wajah dan penampilan
keseluruhan anggota Blackpink. Pose dan gerakan tubuh yang fleksibel memberikan
kesan ceria dan bersemangat sesuai tema promosi produk kecantikan.
Pengambilan gambar close up dengan latar belakang monokrom
memberikan kesan glamor sekaligus fokus pada wajah dan rambut model.
Tujuan promosi produk Miseenscene tercapai dengan baik
karena pembaca dapat dengan jelas melihat kondisi rambut dan kepala model yang
tampak sehat, halus, dan berkilau.
Secara umum foto mampu menyampaikan pesan promosi produk
kecantikan secara efektif sesuai harapan Vogue dan perusahaan produk tersebut.
Teknik potret digunakan dengan baik untuk meningkatkan daya tarik promosi di
majalah fashion bergengsi. Fotografi komersial khususnya dalam bidang fashion
merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan karena fotografer mewajibkan
untuk memperhatikan detail-detail kecil bahkan yang paling besar. Konsep yang
digunakan pun harus matang agar yang disampaikan jelas, tanpa konsep yang
matang foto akan menjadi kurang efektif dalam penyampainnya serta akan
kehilangan nilai poin yang akan menjadi titik menarik dari fashion itu sendiri.
Terlepas dari fashion fotografer komersial harus bisa menghasilkan foto yang
memiliki nilai yang dapat menjual produk pada foto tersebut, sehingga
kreatifitas harus selalu dibangun dalam menyampaikan pesan baik itu dimulai
dari pemilihan model, pose model, pencahayaan, bahkan tim yang akan membantunya
selama pemotretan berlangsung. Selain itu pendukung foto yang memadai perlu
diperhatikan dalam prosesnya, karena pada fotografi fashion tidak hanya baju
yang bisa menarik daya peminat tapi karakter wajah model itupun bisa membantu
dalam memperkuat konsep yang ingin disampaikan. Meskipun banyak teknik yang
dapat digunakan dalam fotografi fashion, foto portrait selalu bisa diandalkan
dalam fotografi fashion. Semua keindahan dapat dilihat dengan memunculkan
karakter seorang model sehingga fashion yang digunakan pun terasa lebih hidup
dan menyatu dengan karakternya. Karena fokus yang dintujukan pada foto portrait
sendiri adalah karakter yang dimiliki oleh seorang model, ditambah dengan
sentuhan fashion atau kosmetik maka akan memperkuat image yang akan didapatkan
pada hasil karya fotografi Dapat disimpulkan bahwa fotogarafi komersial dapat
dihasilkan dengan baik jika kita bisa menggabungkan berbagai komposisi semua
elemen dengan baik dan benar. Jika satu memiliki celah maka elemen yang lain
pun akan terhambat dan mempengaruhi elemen lainnya dalam menciptakan suatu
karya fotografi.
FOTOGRAFI DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV)
Prayanto Widyo
Harsanto
Fotografi telah menjadi elemen penting dalam Desain
Komunikasi Visual (DKV). Pada awalnya iklan cetak lebih banyak menampilkan
tulisan dibanding gambar/foto, namun karena tuntutan pasar dan kompetisi, iklan
cetak mengharuskan tampilan yang lebih memikat secara visual. Saat ini, foto
sudah tidak hanya sebagai pendukung teks melainkan menjadi daya tarik utama
iklan cetak bahkan ada iklan yang didominasi ilustrasi foto.
Penemuan teknik fotografi pada tahun 1839 telah memungkinkan
foto digunakan dalam iklan cetak menggantikan ilustrasi sebelumnya. Setelah
fotografi populer dan didukung perkembangan teknologi grafika, gambar dengan
teknik fotografi banyak digunakan untuk ilustrasi iklan cetak. Hal ini kemudian
memacu kreativitas desainer iklan dalam menciptakan iklan display yang
menggabungkan teks dan gambar.
Perkembangan fotografi sangat pesat seiring dengan hadirnya
teknologi digital pada tahun 1990-an. Era analog kemudian digantikan era
digital yang memungkinkan siapa saja untuk terlibat dalam fotografi karena
lebih murah dan mudah dibandingkan era sebelumnya. Meskipun paradigma dan cara
pandang fotografi bergeser, fungsi dan makna karya fotografi tetap penting
untuk DKV. Oleh karena itu, mata kuliah fotografi menjadi penting untuk
dipelajari di perguruan tinggi yang memiliki prodi DKV.
Fotografi mengalami perkembangan dari konvensional menjadi
digital. Awalnya operasi kamera dilakukan secara manual, kemudian menjadi semi
otomatis hingga full otomatis. Perkembangan teknologi terus berlanjut hingga
hadirnya kamera digital pada tahun 1990-an yang mengubah paradigma fotografi.
Era digital memberikan kemudahan bagi fotografer seperti
tidak perlu proses film, hasil bisa dilihat langsung, pengoperasian lebih
mudah, dan biaya lebih murah. Namun, untuk menghasilkan foto bagus tetap
dibutuhkan pemahaman konsep dasar fotografi meskipun alat dan prosesnya
berubah.
Fotografi juga berperan penting bagi industri karena banyak
dibutuhkan sebagai ilustrasi di berbagai media cetak. Hadirnya digital
diprediksi membawa perubahan besar bagi industri terkait seperti penerbitan,
periklanan, dan bisnis fotografi.
Paradigma fotografi bergeser mengikuti perkembangan teknologi. Untuk tetap relevan, fotografer harus terus mengikuti perubahan ini. Mata kuliah fotografi penting diajarkan di perguruan tinggi DKV mengingat fungsi dan makna fotografi yang tetap dibutuhkan dalam DKV meski teknologi berubah. Pasca tahun 1990-an DKV mulai memasuki era teknologi digital yang merubah budaya kerja di industri ini. Dari ketergantungan dengan kemampuan skill manual manusia berubah menjadi serba komputerisasi. Semua keahlian tersebut dapat digantikan oleh piranti lunak dan piranti keras komputer. Hal ini merupakan salah satu yang merubah paradigma Perguruan Tinggi DKV lebih berkembang ke arah digitalisasi. Di Indonesia saat ini Perguruan Tinggi DKV juga lebih menitikberatkan pada penguasaan aplikasi komputer grafis. Pertumbuhan pendidikan DKV yang pesat juga tidak lepas dari perkembangan teknologi dan media informasi. Fenomena ini membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi baru terkait dengan DKV yang pada akhirnya meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan DKV. DKV sebagai “seni komunikasi” secara visual pada dasarnya lebih dekat dengan bidang seni rupa, meskipun demikian secara profesi DKV merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu/keahlian yang digunakan untuk menjawab kebutuhan komunikasi dan informasi, baik komersial dan non komersial. Salah satu bidang keahlian DKV yang perlu dipelajari adalah fotografi. Pengetahuan dan keterampilan fotografi sangat penting dan sangat berguna sebagai bekal mahasiswa DKV yang dapat diterapkan saat masih menempuh kuliah maupun setelah selesai studi/lulus. Pengetahuan dan keterampilan fotografi yang diajarkan di S-1, yang notabenenya akademis, sebaiknya tidak sekadar bagaimana dapat mengoperasikan peralatan kamera dan menggunakan peralatan yang lain (how to), akan tetapi juga sangat penting meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya konseptual dan riset terkait kegiatan fotografi. Artinya bahwa fotografi adalah pekerjaan ilmiah (akademis), karena membuat foto tidak hanya sekadar teknis melainkan mencari suatu pemecahan atas persoalan yang harus dapat diatasi dan diuraikan secara sistematis. Oleh karena itu, sebelum melakukan pemotretan fotografer perlu terlebih dulu melakukan penelitian/riset tentang objek atau subjek yang akan dibuat agar fotonya tersaji dengan baik dan mampu menjawab permasalahannya. Komposisi mata kuliah fotografi di DKV untuk S1 yang memiliki beban 5-8 sks dari keseluruhan 144- 148 sks harus dimanfaatkan secara maksimal untuk bekal mahasiswa. Di era kamera digital, masyarakat memandang fotografi sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, dan inilah era digital photography (digitalisasi fotografi). Meskipun peralatan fotografi saat ini sangat canggih namun masih tetap diperlukan seseorang yang memiliki kemampuan teknis dengan kepekaan estetis yang baik sebagai ‘man behind the camera’ dalam menciptakan fotografi. Artinya keterampilan dan pengetahuan seni rupa seperti menggambar, nirmana, kritik/tinjauan seni, sejarah sangat penting sebagai landasan mengasah kepekaan dan konseptual dalam menciptakan karya foto.
KAJIAN TENTANG
EDITING FOTOGRAFI JURNALISTIK (STUDI KASUS FOTO PADA MEDIA PEMBERITAAN)
Yulius Widi Nugroho
Dalam dunia digital, semua data, tak terkecuali citraan foto,
ditransformasi dan terurai dalam bentuk kode-kode numerik, menjadi zat yang
fleksibel, hampa, virtual. Perkembangan fotodigital (dan pengembangan kamera
digital dan komputer grafik) membuat proses produksi dan reproduksi citraan
begitu pesat. Dalam proses foto digital, kita bisa menggubah, memindahkan,
memotong, menimpa, mengobrak-abrik citraan tanpa harus mengganggu salinan asli
hanya dengan hitungan detik. Hebatnya lagi tiap citraan bisa keluar (output) di
atas permukaan apa pun dan ukuran yang gigantik sekalipun. Dalam bentuk:
negatif film, video, piringan (disc), transparansi, di atas: kertas foto,
plastik, kanvas bertekstur bahkan ditampilkan secara virtual lewat jaringan di
Internet. Dengan biaya relatif murah dan mudah. Dalam dunia fotografi digital
saat ini, foto jurnalistik sejatinya adalah foto berwarna. Harus ada alasan
yang masuk akal untuk membuat sebuah foto jurnalistik tampil hitam putih.
Karena walaupun hanya mengubah dari foto berwarna ke hitam putih tidak bisa
diremehkan karena ada perbedaan tone warna yang mendasar. Dengan realitas alam
yang memang berwarna, foto jurnalistik yang tampil hitam putih sebenarnya telah
melakukan penyimpangan. Foto hitam putih sebenarnya bukan sekadar
menyederhanakan warna, tetapi juga telah mengubah warna menjadi gradasi
abu-abu. Dan pengubahan ini bisa terjadi dengan banyak kemungkinan.
Permasalahan lain adalah berkembangnya teknologi digital sehingga memungkinkan
untuk merubah, menambah, mengurangi, menggabungkan, dari karya fotografi
digital sehingga fotografer lebih leluasa dan bebas untuk berkarya baik untuk
keperluan artistik maupun dokumentasi berita. Dan yang dibahas pada penulisan
ini terbatas pada foto yang digunakan sebagai penjelas berita atau berita itu
sendiri. Rekayasa digital membawa dampak yang cukup signifikan dalam kehidupan
masyarakat kontemporer di berbagai segi. Tak ada badan sensor atau nilai-nilai
yang mampu menahan arus baru dalam model reproduksi era digital. Kita harus
rela mempertaruhkan baik yang etik maupun estetik. Segala batasan telah
diruntuhkan, termasuk juga batas antara kebenaran dan kebohongan, profesional
dan amatir, tak ada lagi dominasi moral. Itulah kenyataan yang menghantui dunia
fotografi. Sebagai suatu model acuan kebenaran dan nilai normatif, fotografi
mulai diragukan dan dipertanyakan.
Menurut Prof. Mitchel V. Charnley : “News is timely report a
fact or opinion of either interest or important or both to a considerable
number of people” (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini
yang penting atau menarik minat, atau keduanya bagi sejumlah besar orang.) Foto
jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan
dalam permotretannya karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi
foto-foto dijenis ini kepentingan utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan
pesan (massage) pada orang lain dengan maksut agar orang lain melakukan sesuatu
tindakan psikis maupun psikologis. Dengan berkembangnya teknologi Digital
Imaging dewasa ini, tindakan merubah foto semakin mudah dilakukan oleh orang
yang mahir mengolah foto. Digital Imaging / Olah Digital itu sendiri terbagi
dari berbagai kelas, ada yang hanya sekedar menaikan kontras, saturasi,
dodging, burning, sampai merubah komposisi bahkan mencampur-campur berbagai
foto menjadi satu foto. Digital imaging yang melibatkan tindakan perubahan
komposisi dan menempelkan foto-foto lain lebih dekat ke arah manipulasi foto. Manipulasi
bisa digunakan untuk tujuan baik maupun tidak baik, sejauh manipulasi foto
hanya digunakan untuk keperluan koleksi pribadi, dimana tidak ada pihak yang
dirugikan dengan tindakan tersebut, maka olah digital dianggap sah-sah saja.
Bagi fotografer Jurnalistik / Wartawan, yang jelas jelas bertugas untuk
menyebarkan sebuah berita, manipulasi foto jelas-jelas tidak diperkenankan dan
mengarah kepada tindakan penyebar kebohongan. Misalkan saja ada seorang
wartawan yang mengambil foto orang sedang berkelahi satu lawan satu, namun
fotonya ditambahkan 3 orang baru, maka ini adalah tindakan pembohongan yang
tidak bisa dibenarkan. Selain itu fotografer produk yang mengambil foto sebuah
produk untuk keperluan promosi, manipulasi berlebihan juga kami anggap sebagai
pelaku kebohongan yang jelas akan merugikan calon konsumen produk tersebut.
Data dari Sumber Tertulis
Untuk menjaga agar keutuhan nilai-nilai jurnalistik tetap
terjaga ketika dilakukan proses pengeditan digital pada sebuah foto
jurnalistik, maka perlu adanya batasan-batasan yang jelas tentang sejauhmana
sentuhan digital diperbolehkan dalam jurnalistik foto. Berikut ini panduan
etika prosedur pengeditan digital image yang diperbolehkan untuk mengimbangi
keterbatasan dan kerusakan yang ada dalam proses fotografi digital, dan hanya
untuk membuat foto jurnalistik lebih akurat.
Data Observasi Kasus
Peneliti juga telah melakukan observasi terhadap beberapa
kasus editing foto jurnalistik, antara lain:
Headline harian Los Angeles Times yang merupakan hasil
rekayasa digital dua buah foto oleh Brian Walski untuk tampil indah namun
kemudian terbongkar.
Sampul majalah Time yang merekayasa digital gambar Presiden
Bush untuk ilustrasi berita namun tidak mengandung informasi berita.
Foto rekayasa Senator Millard Tydings dengan Earl Browder
yang memengaruhi hasil pemilu.
Beberapa foto palsu kematian Osama Bin Laden yang beredar di
internet untuk penipuan.
Foto Katie Couric yang awalnya dirilis CBS kemudian
dimanipulasi yang muncul di majalah milik CBS pula.
ANALISA DATA
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan
konteksnya.
d. Menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa
sumber data.
e. Melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi
natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus
yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.
Dengan adanya editing foto, perbedaan foto palsu dan asli
menjadi sangat tipis apalagi setelah munculnya era digital. Penggunaan program
Photoshop atau rekayasa foto lain perlu dipahami konteks dan tujuannya terutama
untuk para fotografer. Program rekayasa foto bukanlah ancaman bagi fotografer
yang tidak dapat menggunakannya dan mengagungkan foto asli. Itu semua berpulang
ke diri masingmasing, yaitu tujuan sang fotografer menggunakan foto karyanya
untuk kepentingan apa. Foto asli bukan sekedar arti harfiah, lebih dalam lagi,
asli dalam konteks makna yang terkandung dan keutuhan informasi yang diberikan
kepada penontonnya.
Pelatihan Fotografi Produk Untuk Menambah Ketrampilan Berpromosi
Merliyana, Asep
Saefurahman, Agustian Burdah, Hendrawati, Rama Chandra, Sulistyowati, Ginanjar
Syamsuar
Promosi merupakan bagian penting dalam pemasaran suatu
produk atau jasa agar dapat dikenal dan dibeli oleh konsumen. Tanpa promosi, produk
atau jasa yang ditawarkan akan sangat sulit untuk diketahui dan dibeli oleh
konsumen. Oleh karena itu, promosi sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha
khususnya UMKM untuk mengenalkan produknya kepada konsumen.
Salah satu media promosi yang tepat untuk digunakan dalam
mempromosikan produk UMKM adalah fotografi produk. Foto mampu menarik perhatian
konsumen dan menampilkan citra produk secara visual sehingga mudah dipahami.
Namun, untuk menghasilkan foto produk yang baik diperlukan keterampilan khusus.
Oleh karena itu, pelatihan fotografi produk sangat penting untuk meningkatkan
keterampilan pelaku UMKM dalam berfotografi produk guna kepentingan promosi.
Pelatihan Fotografi Produk untuk Menambah Ketrampilan
Berpromosi ini diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia
bekerjasama dengan Ibu-ibu PKK RW 07 Rawamangun Tegalan. Pelatihan ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan
dalam berfotografi produk agar hasil fotonya dapat digunakan secara maksimal
dalam berbagai kegiatan promosi produk UMKM. Diharapkan pelatihan ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan berwirausaha peserta UMKM. Untuk merancang
karya foto komersial, seorang fotografer dituntut untuk dapat menganalisis
makna dan simbol pada karya fotonya, agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik kepada para audience, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang
berbeda. Melalui foto yang diperlihatkan akan dapat langsung difahami dan
mengerti pesan yang disampaikan. Secara garis besar hal-hal utama yang harus
diperhatikan dalam menghasilkan suatu karya foto, antara lain :
1.
Karakteristik produk yang menjadi obyek
pemotretan. Untuk produk yang mengandalkan ciri spesifik maka foto juga harus
spesifik.
2.
Fungsi dari produk juga harus ditonjolkan dalam
foto. Misal produk Blender yang dikemas dalam kotak atau kardus.
3.
Pencahayaan juga harus diperhatikan baik
menggunakan cahaya alam seperti sinar matahari atau menggunakan cahaya buatan
seperti blitz atau lampu listrik.
4.
Pemilihan latar foto (background) yang tepat
akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir foto. Memotret dalam ruangan
biasanya lebih mudah menentukan background karena kita yang memiliki kontrol
penuh atas kondisi ruangan, umumnya orang menggunakan latar kain dengan warna
atau corak tertentu. Berbeda dengan memotret di dalam studio, ketika berada di
luar ruangan, maka kemampuan untuk memilih background foto menjadi sangat
terbatas.
Kesimpulan Berdasarkan uraian kegiatan yang sudah
dilaksanakan maka dapat di simpulkan babwa:
1.
Kegiatan pelatihan dasar-dasar photographi mampu
menambah keterampilan peserta dalam menampilkan produk2 yang akan dipromosikan.
2.
Pemaparan dan praktek pengambilan photo produk
di apresiasi dengan sangat antusias oleh peserta, selain itu kegiatan ini juga
semakin meningkatkan semangat peserta dalam berwirausaha sejalan dengan sasaran
yang ingin dicapai.
Keterbatasan kepemilikan kamera dan properti menjadi isu lain yang perlu dicari alternatif solusinya.
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI MEDIA PROMOSI BANYUMILI STORE PONOROGO
Muhammad Rifdan
Musyaffa
Pakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
masyarakat. Banyak orang membutuhkan pakaian untuk menutup tubuh dan sebagai
ekspresi diri. Selain itu, pakaian juga berfungsi sebagai media komunikasi gaya
dan kepribadian seseorang. Melihat pentingnya peran pakaian, maka banyak
brand-brand pakaian yang bermunculan seiring dengan perkembangan zaman. Salah
satu brand pakaian yang sedang naik daun ialah Banyumili Store yang berlokasi
di Ponorogo.
Banyumili Store didirikan pada 2018 dengan fokus menjual kaos
lokal berbahasa daerah Ponorogo. Seiring berjalannya waktu, Banyumili Store
semakin berkembang dan menambah ragam produknya. Namun demikian, promosi yang
dilakukan Banyumili Store belum maksimal. Padahal promosi yang baik sangat
dibutuhkan untuk memperkenalkan produk ke konsumen dan bersaing dengan merek
yang ada.
Perancangan media promosi menggunakan fotografi produk
diharapkan dapat membantu memperkenalkan produk Banyumili Store secara visual
kepada konsumen. Dengan adanya fotografi produk yang atraktif, diharapkan minat
masyarakat terhadap produk Banyumili Store dapat meningkat. Oleh karena itu,
perlu dilakukan perancangan fotografi produk Banyumili Store sebagai salah satu
media promosi yang efektif.
Konsep fotografi produk Banyumili Store dirancang sesuai
dengan visi, misi dan citra perusahaan yang ingin ditampilkan. Fotografi produk
dirancang secara modern namun tetap menonjolkan ciri khas Banyumili Store.
Rancangan fotografi produk meliputi setting lokasi shooting,
pengaturan cahaya, sudut kamera, komposisi objek, dan editing pasca produksi.
Produk-produk difoto secara close up agar detail produk terlihat jelas. Latar
belakang difokuskan pada warna netral agar tidak mengalihkan perhatian dari
produk.
Media pendukung promosi melalui fotografi produk antara lain
katalog digital, poster, x-banner, dan merchandise. Katalog digital dan poster
untuk mempromosikan seluruh produk secara berkala. Sedangkan x-banner dan
merchandise sebagai promosi jangka pendek untuk merangsang minat pembelian.
Hasil perancangan ini diharapkan mampu meningkatkan citra
Banyumili Store sebagai distro modern yang menawarkan berbagai pilihan produk
fashion. Sementara itu, fotografi produk yang atraktif diharapkan mampu menarik
minat konsumen dan meningkatkan volume penjualan Banyumili Store.
Demikian kesimpulan dari perancangan fotografi produk
Banyumili Store sebagai salah satu media promosi yang efektif. Perancangan ini
diharapkan dapat membantu Banyumili Store dalam memasarkan produknya kepada
konsumen.
TEKNIK FOTOGRAFI
UNTUK PROMOSI PRODUK UMKM KELURAHAN SANGIANG JAYA KOTA TANGERANG
Fauyhi Eko Nugroho, Syepry
Maulana Husain, Muhamad Luthfi Aksani, Lukman Azhari
Pandemi covid 19 yang menyebar di Indonesia yang begitu
cepat menginfeksi jutaan warga negara Indonesia dan berdampak terhadap
perekonomian, karena pemberlakuan pembatasan ketat mulai dari produksii,
distribusi dan pemasaran. Pemberlakuan lockdown, psbb (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) dan selanjutnya ppkm (Perberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) hal ini lah yang membuat UMKM berhenti beroprasi sementara waktu.
Salah sarau cara UMKM untuk bangkit dalam masa pandemik ini dengan cara
memanfaat teknologi, Seperti market place dan media social. Hal ini dapat
menjangkau konsumen melalu internet dan dapat menekan biaya promosi. Forum umkm
kelurahan sangingan Jaya salah satu yang terdampak covid 19 ini. Anggotanya
memiliki berbagai macam produk mulai dari makanan sampai busana. Sampai saat
ini forum umkm kelurahan sangiang jaya masih memproduksi produknya, tetapi
tidak sebanyak sebelum pandemic covid 19. Beberapa inovasi telah dilakukan
untuk dapat tetap bertahan (stay afloat) dalam menghadapi ketidak-pastian pasar
akibat pandemi. Salah satunya dengan cara diversifikasi produk dan transformasi
material. Contoh saja sekarang ini bebrapa UMKM sudah merubah prodaknya makanannya
menjadi makan beku (Frozen Food). Artikel ini dibuat untuk kegiatan pengabdian
masyarakat tentang masalah UMKM dan persiapan penggunaan ecommerce yang
dilaksanakan dalam bentuk seminar foto produk pada forum UMKM kelurahan
sangiang jaya. Pelaksaan pengabdian masyarakat ini salah satu dari rangkaian
kegiatan terpadu yang mengusung tema digitalisasi UMKM kelurahan sangiang jaya.
Pelatihan foto produk ini dilakukan agar UMKM mampu menampilkan produk yang
menarik secara visual sehingga dapat menarik pembeli dan menunjang jualan
produk di masa pandemi. pelatihan ini juga dilakukan untuk mempersiapkan
softskill bagi pengembangan SDM di Kelurahan Sangiang Jaya, Kota Tangerang agar
dapat siap menghadapi teknologi internet dan e-commerce. Metode yang digunakan
dalam seminar ini adalah presentasi dan memberikan contoh untuk memberikan
pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan foto produk serta dasar dasar
editing untuk pemasaran on line. Untuk peralatan menggunakan smartphone sebagai
alat penangkap gambar karena sudah semua mempunyainya, materi utama yang disampaikan
dalam seminar ini tentang perspektif, angle dan penggunaan softbox sederhana
sebagai penunjang pencahayaan. Saat ini smartphone sangat erat fungsinya untuk
menunjang kebutuhan kehidupan manusia. karena fitur yang ditawarkan oleh
smartphone saat ini sangatlah membantu untuk kehidupan manusia. salah satunya
adalah kamera. banyak produsen smartphone menawarkan fitur yang sangat
berkelas. Terhubungnya smartphone ke jaringan internet memudahkan penggunanya
untuk dapat berkirim foto atau gambar yang di hasilkan oleh kamera smartphone,
menjadikan semua orang sebagai fotografer, karena semua orang saat ini dapat
menghasilkan foto yang baik. Seminar dimulai dengan pejelasan background foto
yang polos dan berwarna netral seperti putih. Kelebihan dari warna putih yaitu
akan menonjolkan sisi detail dan memberi kesan cerah dari produk. Tambahkan
kertas di dalam softbox sebagai cahaya tambahan untuk menerangi bagian gelap
dari produk agar tidak berbayang. Khusus untuk produk fashion, penggunaan model
saat mengambil foto bisa menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Produk yang
terlihat pas di badan sang model, pastinya akan membuat produk yang kamu jual
terlihat lebih menarik. Jenis foto produk ini juga bisa memberi gambaran pada
pembeli, khususnya saat produk tersebut dikenakan langsung. Mintalah bantuan
teman ataupun saudaramu untuk menjadi model dadakan. Setelah didapat angle
tepat, seminar dilanjutkan dengan cara pengaturan cahaya untuk menerangi produk
untuk menghasilkan tampilan yang baik. Pencahayaan menjadi penentu utama bagus
atau nggaknya hasil foto yang kamu ambil. Karena kamera smartphone tidak
se-sensitif kamera DSLR, maka harus ada cahaya yang cukup terang saat akan memfoto
objek. untuk hasil foto yang maksimal, lebih baik gunakan pencahayaan alami
dari sinar matahari, bisa dari arah jendela atau pintu yang terbuka. Setelah
model memiliki posisi yang baik, selanjutnya fotografer mengambil foto dengan
menggunkan kamera smartphone. Melakukan pengambilan gambar dengan menekan
shoter dan menjaga kestabilan tangan agar kualitas foto tajam diajarkan melalui
workshop agar mampu menampilkan detail produk sehingga dapat menarik calon
pembeli nantinya Ketika foto sudah disematkan di dalam marketplace Dalam
menjual barang secara online, foto produk bisa membuat perbedaan, antara
keputusan pelanggan untuk membeli atau tidak membelinya. Sangatlah penting
untuk memastikan bahwa fitur dan eksterior barang tersebut ditangkap dengan baik.
Seminar Teknik Fotografi Untuk Promosi Produk Umkm sangatlah penting bagi
keberlangsungan promosi UMKM yang mengalami kesulitan akibat dampak pandemi
covid-19. Pada seminar ini, utamakan teknik fotografi sederhana melalu kamera
smartphone agar tidak membebani UMKM dalam hal penyiapan perangkat kamera
seperti DSLR atau pun dalam pembelajaran dan penggunaan kamera. Eksplorasi
angle, lighting, perspektif, dan kestabilan pengambilan foto menjadi tujuan
dalam pelatihan ini. Di akhir seminar, harapannya pelaku UMKM mampu
menghasilkan tampilan visual foto produk yang dapat menarik konsumen untuk
sehingga penilaian kualitas produk diharapkan akan meningkat.
RUMAH RAJUT FAYARI
DALAM FOTOGRAFI PRODUK
Johansyah Rasyid
Melisa Fitri Rahmadinata, S.Sn., M.Sn Ivan Saputra, S.Pd., M.Sn
Rumah rajut merupakan rumah produksi kerajinan tangan yang
menghasilkan produk berupa tas, dompet, topi dan berbagai macam kerajinan rajut
lainnya. Rumah Rajut Fayari sendiri terletak di Jalan Diponegoro Kelurahan
Parik Muko Aia, Kecamatan Lampasi Tigo Nagari, Kota Payakumbuh, Provinsi
Sumatera Barat.
Rumah Rajut Fayari pada awalnya merupakan usaha rumahan
milik Ibu Latifah Maya Sari yang dimulai sejak tahun 2016 hingga 2017. Kemudian
pada bulan Januari 2018, rumah rajut ini resmi menjadi rumah produksi dan
diberi nama "Rumah Rajut Fayari". Rumah rajut ini beroperasi setiap
hari mulai pukul 09.00 hingga 22.00.
Awalnya, cara memasarkan produk rumah rajut fayari dilakukan
secara konvensional dengan mempromosikan kepada kerabat dan tetangga. Namun
kini, dengan perkembangan media sosial, rumah rajut ini memanfaatkan media
sosial seperti WhatsApp, Facebook dan Instagram untuk mempromosikan produknya.
Konsumen dapat melihat berbagai koleksi dan model tas serta dompet buatan rumah
rajut fayari melalui akun resmi Instagramnya yaitu @gallery_fayari.
Teknik pegumpulan data dengan tinjauan Pustaka keperpustaka
dan pengumpulan buku-buku atau bahan-bahan tertulis serta referensi yang
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Data yang bersangkutan seperti
pengetahuan tentang pendalaman di bidang fotografi produk yang proses
pemotretannya di dalam ruangan (indoor). Seperti buku Profesional Lighting For
Photographer sebagai buku petunjuk melakukan proses pemotretan menggunakan alat
fotografi dan beberapa buku lainya yang berhubungan dengan proses tugas akhir
pengkarya. Karya tugas akhir“ Rumah Rajut Fayari Dalam Fotografi Produk “
merupakan karya dalam bentuk fotografi produk yaitu foto yang menggambarkan
suatu produk dengan jelas untuk mempromosikan sebuah produk yang bertujuan
untuk memperdagangkan suatu barang. Sisi nilai jual suatu barang yang dikemas
secara baik untuk menarik konsumen karna perkembangan untuk mempromosikan suatu
barang yang identik disertai dengan foto barang. Pembuatan karya tugas akhir
ini membutuhkan beberapa tahapan dalam proses pembuatannya. Pada proses pertama
meliputi persiapan, studi pustaka, elaborasi, sintesis, eksperimen, realisasi
konsep dan penyelesaian. Pada proses pemotretan karya tugas akhir ini dimulai
dari ide dan konsep, pemilihan property pendukung dan stelah melakukan beberapa
kali pemotretan, supaya tidak terlepas dari proses editing untuk menyempurnakan
karya tugas akhir ini. Pemilihan warna background yang popular terhadap
kalangan remaja saat ini dan juga pemilihan artistic yang digunakan dalam karya
dapat menyampaikan pesan konsep simple minimalis pada karya Rumah Rajut Fayari.
PELATIHAN FOTOGRAFI
PRODUK DI BANK SAMPAH GULON ASRI SURAKARTA
Endri Sintiana Murni,
Nurhayatu Nufut Alimin, Esterica Yunianti
Bank sampah adalah sebuah tempat untuk memilih sampah yang
kemudian sampah tersebut dapat dimanfaatkan. Pemilihan sampah tersebut
komunitas ini yang berupa masyarakat perlu eksta dalam pemilihan sampah
tersebut. Menurut (Purba, Meidiana, dan Adrianto 2014) dalam pengembangannya
bank sampah tentunya membantu pemerintah dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat mengolah sampahnya dengan adanya suatu komunitas, selain itu, dapat
mengurangi sampah yang dibuang pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada dasarnya
limbah merupakan persoalan yang tak kunjung usai, perlu adanya upaya untuk
melakukan aksi nyata (Luthfia 2019). Limbah sendiri memiliki pengertian sebagai
benda yang tidak bisa digunakan. Suatu benda bisa jadi limbah bagi kita tetapi
berguna bagi orang lain (Studyanto et al. 2021).
Pada dasarnya kita selalu memproduksi dan membuang sampah
setiap harinya, baik sampah rumah tangga tau sampah lainnya. Membuang sampah di
tempatnya saja tidak cukup, kita perlu mengetahui jenis-jenis sampah sehingga
mudah untuk memisahkannya (Iik Endang Siti Wahyuningsih, Lulu Purwaningrum
2019). Adanya bank sampah, sangat membantu warga untuk dapat memulai tertib
terhadap masalah sampah, sehingga memudahkan warga untuk dapat mengolah sampah
tersebut sesuai dengan jenisnya. Bank Sampah memiliki potensi yang baik, guna
meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Dimana bank sampah dapat mengubah sampah
menjadi barang yang bermanfaat. Produk-produk dari bank sampah yang beragam
tentu menjadi ciri khas berupa aksesoris maupun kerajinan. Produk yang
notabennya sampah dibuat menjadi produk yang bermanfaat tentu membuat
masyarakat terbantu dengan pengolahan tersebut (Krulinasari dan Yusnandi 2022).
Inti dari pembahasan artikel ini :
1.
Bank Sampah Gulon Asri memproduksi berbagai
aksesoris dan kerajinan menarik dari sampah tetapi belum memiliki foto yang
menarik untuk memasarkan produknya.
2.
Fotografi produk penting untuk meningkatkan daya
tarik dan jual produk karena akan memberikan kesan visual yang menarik bagi calon
pembeli.
3.
Pelatihan fotografi produk dilaksanakan di Bank
Sampah Gulon Asri untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mensosialisasikan produk dengan cara membuat fotografi produk.
4.
Metode pelatihan menggunakan pendampingan secara
langsung dengan tahapan observasi, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi.
5.
Pelatihan mampu meningkatkan kemampuan membuat
fotografi produk menggunakan smartphone sehingga diharapkan dapat membantu
meningkatkatkan penjualan produk bank sampah.
6.
Dapat disimpulkan bahwa fotografi produk penting
untuk memasarkan produk bank sampah secara online dan meningkatkan pendapatan
masyarakat yang membuat produk tersebut.
Pemasaran produk penting dalam meningkatkan penjualan produk
yang dihasilkan. Salah satu Upaya dalam melaksanakan pemasaran dari produk
yaitu dengan melakukan fotografi produk dengan media yang dimiliki yaitu
smartphone. Dalam Upaya tersebut adanya pelatihan fotografi produk dapat
meningkatkan keterampilan usaha produk bank sampah yang notabennya menarik agar
dapat dikemas dengan pemasaran yang menarik melalui fotografi produk. Kegiatan
ini mampu meningkatkan keterampilan dan bermanfaat bagi masyarakat untuk
meningkatkan nilai jual produk dan dipasarkan dengan media sosial yang marak
sekarang ini. Pelatihan ini berfokus kepada pembinaan kreativitas warga untuk
membuat fotografi produk sehingga diharapkan dapat membantu warga menjual hasil
karyanya dari Bank Sampah Gulon Asri menjadi lebih menarik melalui media sosial.
ANALISIS SEMIOTIKA
FOTOGRAFI HUMAN FIGURE PADA FOTO KARYA MAHASISWA PENDIDIKAN MULTIMEDIA UPI
Ajeng Nur Baetty ,
Maya Purnama Sari
Fotografi saat ini sudah menjadi bagian dari salah satu
bentuk komunikasi, yaitu komunikasi non verbal yang disampaikan dalam bentuk
foto atau gambar. Dengan terus berkembangnya fotografi itu sendiri juga membawa
dampak positif dalam dunia komunikasi visual, dimana komunikasi visual yang
disampaikan melalui foto atau gambar ini dapat menjadi peluang baru bagi
kegiatan bisnis suatu perusahaan untuk menyampaikan suatu informasi dari barang
atau jasa yang diproduksinya, serta dapat juga menjadi alat komunikasi baru
untuk bertukar informasi atau pesan dari satu individu ke individu, kelompok ke
kelompok, individu ke kelompok, maupun sebaliknya. Fotografi pada arti
sebenarnya diambil dari bahasa Yunani, dibagi menjadi dua kata yang pertama
Photo yang memiliki arti sebagai cahaya dan yang kedua Graph yang berarti
gambar. Jadi, jika kedua kata ini digabungkan fotografi memiliki arti sebagai
cahaya yang digambar. Dimana fotografi ini juga dapat dimaknai sebagai gabungan
atau kombinasi dari adanya suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan
suatu yang terjadi secara alami yaitu sebuah cahaya. Menurut Partanto &
Al-Barry photo merupakan suatu hasil kerja kamera dalam bentuk potret atau
gambar (Partanto dan Barry 1994). Sedangkan fotografi itu sendiri merupakan
ilmu pengetahuan dari adanya sebuah teknik yang dilakukan untuk memotret atau
mengambil suatu objek gambar, dimana orang yang melakukan pekerjaan tersebut
disebut sebagai fotografer. Teknik dalam fotografi memiliki banyak sekali jenis
dan tata caranya. Dalam mempelajari fotografi seorang fotografer harus
mengetahui terlebih dahulu teknik dasar dalam fotografi. Dengan itu, fotografi
dasar menjadi salah satu mata kuliah yang harus diampu oleh setiap mahasiswa
Program Studi Pendidikan Multimedia, Universitas Pendidikan Indonesia. Dimana,
salah satu bentuk tugas tengah semesternya, yaitu mengambil tema human figure.
Human figure sendiri adalah salah satu jenis fotografi dimana figur manusia
menjadi subjek utamanya. Di Yunani Kuno, manusia sudah muncul dalam suatu
potret yang digunakan untuk bercerita dan mengungkapkan suatu keyakinan atau
menjadi bahan eksplorasi apa itu menjadi manusia. Dalam penjelasannya,
fotografi yang mengangkat tema human figure termasuk dalam foto jurnalistik.
Fotografi dapat dianalisis melalui berbagai jenis. Salah satunya yaitu,
analisis semiotika. Semiotika sendiri merupakan suatu hal yang mempelajari
berbagai peristiwa, objek, dan kebudayaan sebagai suatu tanda. Menurut Naisila,
semiotika dapat menyatakan sebuah kejadian dari suatu kebudayaan yang dianggap
sebagai sebuah tanda dan dengan mempelajari ini, manusia akan lebih mengetahui
makna dalam sebuah kehidupan, karena dalam setiap tanda akan terdapat sebuah
makna yang perlu dimengerti atau dipahami artinya (Naisila 2014). Semiotika
berkembang dengan dua tokoh yang mempunyai dua latar belakang berbeda. Tokoh
yang pertama yaitu, Ferdinand De Saussure, ia berpendapat bahwa semiotika
adalah suatu kajian yang di dalamnya mempelajari suatu tanda dari bagian
kehidupan bersosial. Saussure juga berpendapat bahwa dalam mengartikan sebuah
tanda diperlukan juga kesepakatan sosial, dimana contoh tanda-tanda tersebut
dapat berupa gambar atau suara. Tokoh kedua yaitu, Charles Sanders Peirce.
Peirce memandang semiotika sebagai sesuatu yang memiliki kaitan dengan logika.
Dimana, sebuah logika dapat mempelajari bagaimana seorang manusia berfikir yang
menurutnya dapat dilakukan dengan tanda-tanda. Tanda-tanda ini akan
memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berpikir, dan menafsirkan suatu makna
kehidupan. Dalam penjelasannya, Pierce juga berpendapat bahwa tanda-tanda ini
dapat berupa tanda visual baik verbal dan non-verbal. Dalam fotografi,
semiotika dimaknai sebagai cara membaca suatu tanda dalam foto yang dapat
dianalisis melalui tahap denotasi dan tahap konotasi. Tahap denotasi merupakan
tahap pemaknaan yang dapat dilihat secara kasat mata tanpa perlu dilakukan
penafsiran dari sebuah objek yang sedang diamati. Makna denotasi dalam sebuah
fotografi adalah gambar dinyatakan sesuai dengan keadaan langsung yang terlihat
pada saat itu, tanpa adanya penafsiran secara subjektif, dimana hal ini juga dapat
dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki ilmu fotografi. Tahap yang kedua
yaitu, tahap konotasi. Tahap konotasi ini merupakan sifat asli dari sebuah
tanda yang memiliki makna yang tidak sebenarnya. Dalam arti lain konotasi
adalah cara menganalisa sebuah fotografi dimana peran pembaca sangat berfungsi.
Makna tersebut ditandai dengan adanya emosi, pendapat, nilai, serta asosiasi
yang ditimbulkan oleh pembaca ketika melihat suatu gambar atau objek yang
kemudian menimbulkan suatu makna baru atau berbeda. Kedua tahap ini memiliki
keterkaitan satu sama lain dalam hal menganalisis suatu karya fotografi. Setiap
foto yang dihasilkan dari seorang fotografer maupun orang biasa, akan memiliki
maknanya masing-masing yang kemudian jika hasil ini dipublikasi akan menimbulkan
persepsi yang berbeda-beda. Makna dalam foto ini dapat berupa denotasi maupun
konotasi. Pada umumnya, setiap manusia akan memiliki makna, serta cara
pandangnya masing-masing dan juga dapat menafsirkan suatu foto dengan pendapat
yang berbeda-beda. Dalam dunia profesional seorang fotografer memiliki peran
penting dalam mengambil sebuah gambar. Fotografer dituntut untuk bisa membuat
pemahaman seseorang menjadi sama sehingga pesan yang disampaikan dalam foto
dapat tersampaikan dengan baik sesuai dengan arti yang sesungguhnya.
1.
Fotografi Human Figure
Fotografi human figure merupakan salah satu
jenis fotografi yang menampilkan figur manusia sebagai subjek utamanya. Dalam
penelitian ini, fotografi human figure menjadi tema tugas tengah semester bagi
mahasiswa Pendidikan Multimedia UPI.
2.
Semiotika dalam Fotografi
Penelitian ini menganalisis foto-foto human
figure menggunakan teori semiotika. Semiotika dibagi menjadi tahapan denotasi
dan konotasi. Tahap denotasi adalah pemaknaan secara kasat mata, sedangkan
konotasi melibatkan interpretasi subjektif berdasarkan emosi, nilai, dan
pengalaman pembaca.
3.
Fotografi Jurnalistik
Fotografi human figure yang diambil mahasiswa
memiliki ciri fotografi jurnalistik karena merekam kegiatan sehari-hari
manusia. Fotografi jurnalistik bertujuan menyajikan gambaran suatu peristiwa
sebagai visualisasi berita.
4.
Komunikasi Visual
Penelitian ini terkait dengan studi
komunikasi visual karena menganalisis pesan yang tersurat dan tersirat dalam
foto sebagai salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Foto mampu menyampaikan
pola berpikir dan informasi melalui unsur visual.
5.
Makna dalam Foto
Analisis semiotika bertujuan mengungkap makna
yang terkandung dalam foto, baik makna denotatif maupun konotatif. Memberikan
pemahaman bahwa satu foto dapat memiliki berbagai interpretasi sesuai sudut
pandang pembaca.
PENINGKATAN
PROMOSI PRODUK MELALUI SARANA FOTOGRAFI PRODUK DAN EDITING FOTO PRODUK
Windyaning
Ustyannie , Endang Widuri Asih , Argaditia Mawadati , Eka Sulistyaningsih ,
Agus Hidarto Wibowo , Kartinasari Ayuhikmatin Sekarjati , Dwi Setyowati , Anis
Zaitunah
Fotografi merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang mampu menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain melalui gambar atau foto. Jenis fotografi yang menjadikan objek utamanya adalah manusia disebut dengan fotografi human figure. Fotografi human figure merupakan salah satu tema yang dikerjakan oleh mahasiswa Pendidikan Multimedia UPI dalam mata kuliah fotografi dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fotografi human figure karya mahasiswa Pendidikan Multimedia UPI dengan mempertimbangkan teori semionika. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis).
Fotografi human figure dapat menyampaikan
berbagai pesan dan makna bagi pengamatnya. Makna yang terdapat dalam foto dapat
dianalisis melalui tahapan-tahapan dalam teori semionika. Teori semionika
membagi analisis makna pada suatu karya seni menjadi dua tahap yaitu tahap
denotasi dan tahap konotasi. Tahap denotasi merupakan analisis makna secara
harfiah atau apa adanya yang terlihat pada gambar. Sedangkan tahap konotasi
merupakan analisis makna yang melibatkan pengalaman dan pemahaman pengamat
terhadap gambar. Melalui analisis semionika diharapkan dapat dipahami makna apa
saja yang tersirat dalam fotografi human figure karya mahasiswa. Hasil analisis
semionika diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh fotografer dalam karyanya.
Melalui analisis semiootika, ditemukan bahwa fotografi human figure karya mahasiswa Pendidikan Multimedia UPI menyampaikan berbagai pesan dan makna. Pada tahapan denotasi, dapat diketahui objek dan latar belakang yang terdapat pada foto secara harfiah. Sedangkan pada tahapan konotasi, terungkap makna yang lebih mendalam melalui unsur-unsur seperti trick effect, pose, aestheticism, dan lain sebagainya.
Kedua foto yang dianalisis menyampaikan pesan kerja keras manusia untuk mencari nafkah demi keluarga. Foto pertama menampilkan pria paruh baya yang bekerja sebagai juru parkir di tengah panasnya matahari. Foto kedua memaparkan pria yang menjadi tulang punggung keluarga dengan menjual sayur keliling. Kedua foto mampu menimbulkan perasaan simpati pada pengamatnya.
Secara umum, fotografi human figure karya mahasiswa tersebut berhasil menyampaikan berbagai pesan dan makna secara visual dengan baik melalui objek, komposisi, dan penggunaan unsur-unsur semiootika. Analisis semiootika membantu memahami makna yang tersirat dalam foto-foto tersebut secara mendalam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fotografi human figure tersebut mampu berkomunikasi secara efektif kepada pengamatnya.
Analisis
Komposisi Fotografi Pre-Wedding Karya Jimmy Lukas Ditinjau dari Rule Of Thirds
Ratih
Angelia Silaban & Khaerul Saleh
Pernikahan merupakan salah satu momen
penting yang ada dan terjadi dalam hidup manusia. Seiring dengan perkembangan
jaman yang ada pengabadian momen ini yang pada awalnya hanya berupa sekedar
foto dokumentasi berkembang menjadi sebuah jenis fotografi yang memiliki ciri
khas dan keunikan sendiri, di mana di dalamnya termasuk foto pre-wedding.
Fotografi pre-wedding adalah pemotretan yang dilakukan sekitar tiga bulan
sebelum hari pernikahan. Beberapa tahun terakhir ini, dunia foto pre-wedding
menunjukkan kenaikan yang signifikan dari segi kreatifitas dan kualitasnya.
Penggunaan jasa fotografi untuk pre-wedding semakin menjamur peminatnya. Hal
ini menyebabkan timbulnya persaingan di antara para fotografer yang semakin
hari semakin meningkat. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana komposisi yang digunakan fotografer pre-wedding Jimmy Lukas dalam
mengambil foto. Menurut peneliti, masalah fotografi yang tidak pernah disadari
fotografer bahwa komposisi fotografi yang dapat menghasilkan foto yang bagus,
harus di pertimbangkan oleh seorang fotografer terutama fotografer pre-wedding.
Dalam dunia fotografi banyak fotografer pemula yang tidak luput dari sifat
teknis, pengaturan pencahayaan (bukaan diafragma), kekuatan warna dengan
pengaturan kecepatan (rana shutter), dan resolusi gambar dengan pengaturan ISO
(EXPOSURE) (Br. Bangun, 2021; Suharyanto et al., 2020). Termasuk juga
pengaturan komposisi, fotografi pre-wedding tidak hanya sekedar untuk memotret
sepasang pengantin, tetapi juga sang fotografer harus bisa membangun tema
sehingga dapat menyampaikan pesan emosional di dalamnya yang dapat mencipatakan
hasil karya yang bagus. Bagus tidaknya hasil karya fotografi bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor subjektif fotografer dan faktor teknis kamera yang digunakan,
tetapi perlu di perhatikan pula dari segi komposisi dan mood dalam fotografi.
Penelitian ini akan menyingung tentang komposisi Rule of Thirds pada foto
pre-wedding karya Jimmy Lukas. Pembahasan terkait fotografi ini sebelumnya
telah dipaparkan oleh Siregar (2016) dengan judul “Analisis Fotografi
Pemandangan Alam Karya Jhonny Siahaan di tinjau Dari Komposisi Rule of Thirds”
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang komposisi fotografi
karya Jhonny Siahaan dan untuk mengetahui tema-tema foto karya Jhonny Siahaan,
hasil dari penelitian ini menunjukkan karya foto pemandangan alam karya Jhonny
Siahaan mencapai kategori baik dengan mencapai nilai rata rata 82. Analisa
sudah memenuhi unsur – unsur komposisi dan komposisi Rule of Thirds . Selanjutnya
Raharjo (2014) dengan judul “ Komposisi Karya Fotografi Landscape Tunggul
Setiawan” Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karya fotografi landscape
karya Tunggul Setiawan, terdapat elemen-elemen visual seperti garis, bentuk,
tekstur, bidang, ruang, dan warna. Format karya Tunggul Setiawan bervariasi.
Tunggul Setiawan menggunakan format horizontal, vertikal, maupun square yang
pemilihannya disesuaikan dengan alur cerita dan kesan yang ingin ditampilkan.
Selanjutnya Panendra (2016) dengan judul “Komposisi Fotografi Pemandangan Karya
Nusantara Photo Club Indonesia” Hasil penelitian menunjukkan Jenis-jenis tema
pemandangan yang digunakan fotografer Nusantara Photo Club Indonesia dapat
dikategorikan sesuai dengan tema pemandangan masingmasing adalah Foto Landscape
atau foto pemandangan daratan. Foto Seascape atau foto pemandangan lautan. Foto
Skyscape atau Foto pemandangan langit. Foto Cityscape atau Foto pemandangan
perkotaan. Jenis-jenis komposisi fotografi pemandangan karya fotografer NPCI
yang dikategorikan sesuai dengan tema pemandangan masing-masing yaitu Komposisi
Aturan Sepertiga atau Rule of Third. Komposisi Arah Gerak atau Pandang.
Komposisi Perspektif. Komposisi Framing. Komposisi Point of Interest , dan.
Komposisi Garis dan Kurva. Dalam dunia fotografi, Rule of thirds atau aturan
sepertiga adalah petunjuk bagaimana caranya memosisikan objek di sepertiga
bagian dalam foto agar lebih enak dilihat, teknik ini juga termasuk dalam
mengkomposisikan objek ke dalam satu bingkai, dengan posisi yang tepat mengikuti
aturan sepertiga itu (Mai et al., 2011; Amirshahi et al., 2014). Rule of thirds
adalah salah satu panduan komposisi yang paling dikenal oleh fotografer untuk
menciptakan foto yang berkualitas. Komposisi Rule of thirds adalah suatu
prinsip komposisi fotografi yang paling dikenal dan paling populer bagi para
penggemar fotografi. Aturan komposisi ini menjadi dasar bagi keseimbangan
elemen foto sehingga secara keseluruhan foto tampak lebih enak dilihat (Saleh,
2014). Dalam komposisi foto, rule of thirds hanyalah salah satu dari sekian
banyak pola komposisi lainnya. Dari setiap struktur maupun pola komposisi
umumnya memberikan sensasi gambar yang jauh lebih baik. Para fotografer umumnya
secara sadar akan menempatkan subjek sebagai point of interest nya padagaris
silang perpotongan yang terdapat maupun diatur dalam ruang bidik (view vender)
(Lindblad et al., 2012; Maleš et al., 2012; Koliska, & Oh, 2021).
Pengaturan komposisi Rule of thirds foto Jimmy Lukas dapat memberikan hasil
yang indah pada sebuah foto sebagaimana hasilnya pada fotografi karya Jimmy
Lukas. Jimmy Lukas adalah seorang fotografer di Medan yang memiliki segudang
pengalaman khususnya dalam foto prewedding. Penulis melakukan observasi kepada
beberapa clien Jimmy Lukas dikarenakan sedang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) peneliti melalakukan observasi melalui aplikasi obrolan
via WhatsApp, peneliti menyimpulkan dari beberapa jawaban klient Jimmy lukas
bahwa sebagian besar klient menyatakan bahwa mereka merasa puas dengan hasil foto
Jimmy lukas dan konsep tema yang dikerjakan Jimmy terhadap foto pre-wedding
mereka, sebagian besar klient mengungkapkan bahwa Jimmy selalu menyarankan para
clien agar melakukan adegan romantis secara natural agar terciptanya nuansa
chemistry yang dinginkan,walaupun saat peneliti melakukan wawancara dengan
Jimmy mengenai kesulitanya dalam memotret sepasang calon pengantin adalah dalam
membangun chemistry romantis di depan kamera tetapi Jimmy menemukan konsep lain
agar tetap terlihat sesuai yang klient harapkan dan klient merasa puas ini yang
membuat para klient tertarik memilih Jimmy sebagai fotografer mereka,
dikarenakan Jimmy memperlakukan klient dengan baik dan sopan Jimmy memahami apa
yang di inginkan sang klient dalam foto pre-wedding dan memberikkan saran-
saran terhadap klient terkait dengan konsep yang akan diterapkan dalam
pemotretan pre-weeding, peneliti juga mempertanyakan mengenai spesifik dan
keunikan yang klient lihat dari cara Jimmy Lukas memotret beberapa klient jimmy
menjawab bahwa keunikan yang terdapat dalam hasil karya jimmy bahwasannya Jimmy
mau mengexplorasikan ide poto secara unik seperti pemilihan tempat, sudut
pengambilan ataupun konsep yang Jimmy sarankan pada klient, walaupun secara
garis besar klient tidak memahami apa itu komposisi Rule of thirds ketika
peneliti tanyakan. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa beberapa clien yang
peneliti tanyakan merasa puas dengan hasil foto mereka yang di potret oleh
Jimmy Lukas. Seorang fotografer bernama Jimmy Lukas sangat produktif dalam
menghasilkan karya-karya foto pre-wedding. Hal inilah yang menjadi ketertarikan
peneliti untuk menganalisis hasil karya foto Jimmy Lukas yang ditinjau dari
komposisi Rule of thirds, dan bagamimana Jimmy mengatur komposisi foto yang
berdasarkan komposisi (Rule of Thirds). Dalam fotografi pre-weeding harus
memahami hal hal teknis seperti mengatur diafragma, speed, iso, komposisi dan
lain lain. Agar dapat menonjolkan objek yang difoto, adapun kemampuannya di
bidang fotografi pre-wedding telah dikenal banyak orang, untuk menggunakan
jasanya dibidang fotografi pre-weeding. Selain itu ia juga menjadi juri, dan
pembicara dalam seminar fotografi serta membuka kelas fotografi. Berdasarkan
uraian di atas, penelitian ini bertujuan dan merupakan upaya untuk mengungkap
ataupun mengetahui apakah sudah memenuhi sesuai kriteria komposisi Rule of
Thirds dan berupa pentingnya peranan fotografer dalam mencipakan suatu moment
chemistry dalam fotografi pre-wedding.
Dalam memotret foto pre-wedding Jimmy Lukas
selalu menggunakan komposisi Rule of thirds dan unsur-unsur komposisi
fotografi, dalam memotret fotografi pre-wedding selalu mengutamakan moment,
angle, chemistry sehingga foto yang diperoleh mendapatkan suatu karya yang
dapat memuaskan klient dan komposisi Rule of thirds yang Jimmy Lukas gunakan
untuk memperindah hasil dan menambah kesan artistik dalam foto pre-wedding
Jimmy. Karya foto prewedding Jimmy Lukas yang ditinjau dari komposisi Rule of
thirds. Setelah di analisis berdasarkan komposisi Rule Of thirds 10 karya yang
sudah dianalisis dengan kategori baik berjumlah 7 foto dan kategori cukup baik
berjumlah 3 foto. Tidak ada foto pre-wedding karya Jimmy Lukas yang ditemukan
dengan kategori tidak baik. Karya foto pre-wedding Jimmy Lukas yang ditinjau
dari komposisi Rule of thirds. Setelah di analisis berdasarkan komposisi Rule
of thirds 10 karya yang sudah dianalisis dengan kategori baik berjumlah 4 foto
dan kategori cukup baik berjumlah 6 foto. Foto-foto pre-wedding karya Jimmy
Lukas sudah mencapai kategori baik dengan mencapai nilai rata-rata keseluruhan
karya 81. Dengan perolehan nilai rat-rata tersebut, maka dapat disimpulkan foto
pre-wedding karya Jimmy Lukas analisa sudah memenuhi komposisi Rule of thirds.
Komentar
Posting Komentar